Rabu, 27 November 2024
Image Slider

Menghadapi Era Digital, Silvi Tita Sari: IPPNU Harus Siapkan Pola Kaderisasi yang Lebih Interaktif

Perkembangan zaman yang semakin pesat, terutama dalam hal teknologi dan informasi, telah membuat bumi menjadi kampung global (Global Village). Kita sekarang sudah memasuki dunia digital, kita dituntut untuk cerdas dalam berpikir, literasi, disiplin, peka terhadap perubahan, dan mampu mengikuti perubahan tersebut.

Tantangan ini juga dirasakan oleh para pelajar, terutama mereka yang merupakan usia kader IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).

Era digital ini telah menghadirkan berbagai macam teknologi digital yang semakin maju, membuat semua kalangan menjadi lebih mudah dalam mengakses informasi melalui berbagai cara.

Baca Juga:  Integrasi Etnopedagogi Kritis Berkelanjutan dalam Pendidikan Dasar: Mendorong Kesadaran Global Melalui Budaya Lokal

Namun, di sisi lain, semakin berkembangnya teknologi juga berarti semakin banyaknya kejahatan yang terdeteksi. Oleh karena itu, semua hal harus memiliki perlindungan dan pengawasan, terutama pada anak-anak dan remaja, yang sering disebut sebagai generasi milenial.

Dalam dunia organisasi, terutama IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama), sayangnya masih kurang merespons tantangan ini dengan baik. Anggota dan kader IPPNU lebih senang melakukan rapat atau musyawarah secara online melalui grup WhatsApp atau Facebook.

Mereka lebih senang menghabiskan waktu di media sosial dengan mengirim pesan “wkwkwk, halo gais, gak bahaya ta?” daripada memperhatikan kaderisasi formal seperti MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) dan LAKMUD (Latihan Kader Muda).

Baca Juga:  Kepala Desa Dikunci di Balai Desa oleh Warga: Aksi Protes terhadap PTSL
Silvi Tita Sari menjadi pemateri dalam Diklatama XIV. Foto: Istimewa

Metode ceramah yang digunakan juga dianggap membosankan, sehingga banyak dari mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dan bahkan sulit untuk mengajukan pertanyaan. Dalam diskusi, mereka cenderung pasif dan lebih memilih diam, padahal bahan-bahan yang mereka butuhkan bisa ditemukan di internet.

Namun, ketika chatting lewat WhatsApp, Instagram, atau Facebook, mereka yang cenderung pendiam dan pasif bisa menjadi berani. Ironisnya, ketika diajak rapat atau kegiatan, mereka mengaku sibuk dan tidak punya waktu, padahal sedang sibuk online di Facebook dan memposting foto selfie di Instagram.

Baca Juga:  RUU Kesehatan: Mempertanyakan Tidak Adanya Telaah Ilmiah dan Partisipasi Publik

Oleh karena itu, IPPNU harus memikirkan pola kaderisasi yang lebih kreatif, menarik, dan asyik bagi generasi milenial yang gandrung akan teknologi serba instan.

IPPNU harus mengarahkan mereka ke arah positif dengan memanfaatkan teknologi internet melalui Facebook, Twitter, Instagram, website, YouTube, dan lain-lain. Yang lebih penting lagi, IPPNU harus mampu mengkader mereka dengan baik agar bisa menjadi generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. (*)

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Populer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terkait
ADVERTISEMENT