TheJatim.com – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) di Oase Kampoeng Pintar, Jalan Tembok Gede III, Kecamatan Bubutan, Minggu (14/9/2025) malam.
Program Pengmas dengan skema “Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat” dari Kementrian Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga tahun 2025 dengan SK: 721/UN3/2025 bertanggal 28 Mei 2025 bertema “Penerapan Wisata Kuliner Tradisi Kuno Era Majapahit Berbasis Teknologi Kewirausahaan” yang bertujuan memperkuat UMKM lokal, melestarikan budaya, sekaligus menjadikan Kampoeng Pintar sebagai destinasi wisata kuliner bernuansa Majapahit.
Ketua tim Pengmas, Fahrul Muzaqqi, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan pengembangan dari program sebelumnya yang sudah berjalan di Kampoeng Pintar. Jika dahulu fokusnya pada kebersihan lingkungan, bank sampah, dan urban farming, kini tema diperluas ke arah branding kuliner serta kesenian bercorak Majapahit.
“Sebenarnya ini bukan program dari nol. Kami ingin mengakselerasi potensi yang sudah ada dengan variasi produk, terutama kuliner dan budaya. Harapannya, Kampoeng Pintar semakin punya identitas kuat sebagai kampung wisata yang memadukan tradisi Jawa dengan sentuhan modern,” jelas Fahrul.
Selain itu, hasil produk UMKM Kampoeng Pintar juga mendapat akses pemasaran lebih luas melalui koperasi FISIP Unair. Bahkan, Fahrul menyebut ke depan ada peluang dukungan lebih besar secara kelembagaan dari Universitas Airlangga.
“Targetnya, produk UMKM tidak hanya dipasarkan di lingkungan kampus, tapi juga bisa masuk marketplace dan bersaing secara digital,” tambahnya.
Ketua RT 03 RW 02 sekaligus penggerak Kampoeng Pintar Oase, Aseyan, menegaskan bahwa kehadiran Unair menjadi peluang besar bagi warga. Ia berharap kolaborasi ini bisa menjadikan Kampoeng Pintar sebagai tujuan wisata kuliner berbasis budaya.
“Kita orang Jawa, jadi penting sekali uri-uri tradisi. Dengan nuansa Mojopahit, kami ingin produk yang ada bisa menarik pengunjung lebih banyak,” ujarnya.
Produk unggulan yang dikembangkan Kampoeng Pintar sebagian besar berbahan dasar bayam Brazil hasil urban farming warga. Dari tanaman ini lahir berbagai olahan kreatif seperti nugget bayam, keripik bayam, hingga es krim bayam Brazil.
Tidak ketinggalan, ada juga jamu rempah tradisional, minuman sinom, kunir asem, dan temulawak yang menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa pelaku UMKM pun mulai menonjolkan produknya.
Misalnya, Bu Wiwik dengan nugget bayam, Bu Sri dengan keripik bayam, Bu Titi dengan es krim bayam, serta Bu Eni yang mengolah jamu rempah berkhasiat untuk kesehatan.
Produk-produk ini ditampung dan dipasarkan melalui Kedai Pintar, yang sudah lebih dulu berdiri sebagai etalase UMKM warga.
Warga juga berencana mengembangkan jam operasional wisata kuliner, mulai malam hari pada Sabtu dan Minggu pukul 19.00–22.00, hingga pagi hari pukul 06.00–10.00.
Dengan melibatkan ibu-ibu kelompok tani, karang taruna, hingga bank sampah, Kampoeng Pintar bergerak sebagai komunitas yang solid.
Menurut Aseyan, cita-cita mereka sederhana tapi bermakna, yakni menjadikan Kampoeng Pintar sebagai contoh kampung wisata urban yang memadukan inovasi, tradisi, dan pemberdayaan ekonomi warga.
“Kami ingin ke depan, wisatawan tidak hanya datang karena penasaran, tapi benar-benar melihat Kampoeng Pintar sebagai destinasi yang hidup dari kearifan lokal,” tegasnya.
Selain pemasaran, FISIP Unair juga membekali warga dengan keterampilan digitalisasi, mulai dari penggunaan media sosial hingga marketplace. Langkah ini memberi peluang produk kuliner bercita rasa Majapahit bisa bersaing di pasar modern tanpa kehilangan identitas budaya.
Produk-produk UMKM yang dikembangkan mengedepankan ciri khas Majapahit, baik dari kuliner maupun branding. Harapannya, setiap produk tidak hanya bernilai jual tinggi, tetapi juga mencerminkan marwah budaya Jawa yang luhur.
“Kami ingin mereplikasi sejumlah pengalaman di Jepang, China, dan negara-negara lain yang berhasil mengembangkan kampung wisata berbasis perpaduan budaya tradisi dengan era modern bernilai ekonomis tinggi,” kata Novri Susan, dosen pendamping tim pengmas.
Oase Kampoeng Pintar sendiri kini tumbuh menjadi model inovasi warga urban di Surabaya. Perpaduan budaya, edukasi, bisnis, dan kepedulian lingkungan menjadikannya ikon baru kampung wisata yang patut diapresiasi.



