TheJatim. Malang – KH. Abdul Mun’im Syadzili dikenal publik sebagai sosok yang mandiri, istiqomah dan totalias yang lekat dalam kesehariannya. Dalam memenuhi amanah menjadi Ketua Forum Silaturahim Qurro’ Hufadz (FSQH) Malang Raya, Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kab. Malang dan Prov. Jatim, Ketua Forum Pekerja Nasioal (FPP), hingga Ketua IMAP (Alumni Al Falah Ploso) Malang Raya, kesemuanya terbilang sukses dan gemilang.
Resepnya sederhana, kata Buya Mun’im sapaan hangat dikalangan koleganya, dengan kehati-hatian dan istiqomah, serta totalitas akan nampak jelas merupakan resep sederhana dalam membesarkan dan mensukseskan yang menjadi amanah. “Harus ikhlas tanpa batas, sebab amanah sekecil apapun harus ikhlas dan tulus untuk dicintai, seperti bagian tubuh yang kita jaga dan rawat dengan hati-hati,” ujarnya, Jum’at (26/11/2021).
Menurutnya, dasar keihlasan menjadi pemicu seseorang menjadi total mengelola dan membesarkan apapun yang diterimanya, apapun akan dicurahkan untuk membesarkan Organisasi, ataupun lembaga tersebut. “Tidak hanya materi yang akan dia persembahkan, namun otomatis fikiran, tenaga dan doa’-do’a agar Allah selalu menjaga dalam segala amanah, sebab tanggung jawabnya dunia akherat,” imbuhnya.
KH. Abdul Mun’im Syadzili merupakan putra dari KH. Ahmad Syadzili Muhdlor, sedari anak-anak dididik dari lingkungan Pesantren yang kokoh, kesederhanaan dan kepeduliaan membentuk karakter Buya Mun’im yang penuh empati, peduli dan senang berbagi. Tidak hanya ilmu, namun tidak segan-segan Kyai ini akan mencurahkan apapun yang dimilikinya untuk kebesaran dan kemaslahatan apa yang sedang diamanahkan padanya, totalitas dan ikhlas tanpa batas.
Sukses sebagai Ketua Bahtsul Masail Ex Kawedanan Tumpang, lalu Ketua RMI Kab. Malang, Rois Majelis Ilmi JQHNU Kab. Malang, Hingga didaulat Wakil Rois Majelis Ilmi JQHNU Jatim, dan Juga A’wan PCNU Kab. Malang tidak menyurutkan niatan untuk selalu berkhidmat dan membesarkan NU dimanapun.
“Berkhidmat di NU adalah bagian dari melestarikan amanah Ulama’ NU dan Masyayikh Nusantara, pantang bagi kita untuk berhenti tidak melayani Umat dan warga NU, sebab keberkahan dan ibadah didalamnya adalah bagian dari doa dan kecintaan kita pada para Ulama’ dan Nabi tercinta Kita Muhammad SAW,” papar Buya Mun’im disela-sela Majelis pengajian Tafsir Jalalain.
Kyai Kharismatik, Alumni Pondok Pesantren Al Falah Ploso ini juga selalu menghidupkan majelis-majelis yang didalamnya banyak menghimpun para habaib, masyayikh dan asatidhz. Kedekatanya pada para Habaib, Masyayikh dimana-mana sejalan kecintaanya pada jamaah, hal tersebut diwujudkan dengan menghidupkan Majelis Pengajian dan Sholawat.
Walaupun dengan segudang kesibukan Buya Mun’im , yakni selain sebagai ketua dewan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Qur’an (PPSQ) Asy-Syadzili, beliau juga menyempatkan membina, mengajar para pecinta Al-Qur’an dalam MTQ Lokal, regional dan Nasional. “Tujuanya hanya satu, getok tular wawasan, pengalaman dan keilmuan dibidang Al-Qur’an.” ujar dewan Hakim MTQ Prov dan Nasional ini.
Menurut Ustadz Ainul Yaqin, Wakil ketua Majelis Dakwan dan Pendidikan Islam (MADANI) bahwa NU Kabupaten Malang membutuhkan profile seperti KH. Abdul Mun’im Syadzili. Ia mengatakan, bahwa Buya Mun’im sukses yang bertangan dingin dan ringan tangan terhadap umat.
“NU butuh figur-figur kyai yang mandiri dan mau berkorban untuk NU, ngrumati NU, ngurusi NU layaknya Mbah Yai Wahab dan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’arie yang rela mengorbankan Jiwa dan raga, apalagi harta,” jelasnya.
“Kemandirian NU ditangan para kyainya, akan mencerminkan semangat Khitah dan perjuangan Masyayikh dalam menjaga kebangkitan Ulama’, insya Allah, NU Kabupaten Malang akan besar dan berwibawa,” ujar Ainul yang juga Dosen Fisip Universitas Bung Karno.