Telkomsel mulai memperkenalkan aplikasi Kuncie dan Fita menjadi terobosan digital terbarunya di bidang tersebut. Corry Anestia – 24 June 2021
Pada Jumat, 18 Juni 2021 lalu, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) resmi mengganti logo lamanya yang sudah berusia 26 tahun dengan identitas baru. Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam menyebutkan, langkah ini menjadi babak selanjutnya untuk melanjutkan roadmap transformasi digital secara komprehensif.
“Ini menjadi simbol perubahan di mana Telkomsel ingin memperkuat visi dan misinya kepada masyarakat dengan memaksimalkan peluang di segala aspek kehidupan. Kami berkomitmen untuk melanjutkan transformasi sehingga Telkomsel dapat menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan gaya hidup digital mereka,” ungkap Hendri dalam keterangan resminya.
Menurut Hendri, pihaknya akan mengembangkan banyak terobosan dan kolaborasi lintas industri. Salah satunya adalah memperkuat kemitraan strategis bersama Gojek dengan fokus mengembangkan industri mobile gaming. Menariknya, di babak baru ini, Telkomsel turut memperkenalkan solusi berbasis aplikasi Kuncie sebagai salah satu terobosan terbaru.
Kuncie merupakan platform edtech yang menyediakan layanan pembelajaran pengembangan bisnis di berbagai macam kategori dengan mentor berpengalaman. Edtech merupakan vertikal bisnis yang mungkin belum pernah menjadi diversifikasi lini bisnis operator telekomunikasi, baik dikembangkan sendiri maupun lewat skema investasi atau kemitraan strategis.
Operator telekomunikasi umumnya mengembangkan solusi digital yang masih relevan dengan bisnis utama mereka. Misalnya, IoT, big data, dan hiburan (musik, video, games). Apa yang menjadi hipotesis besar Telkomsel masuk ke kategori baru ini?
Kuncie dan Fita
Beberapa tahun terakhir, Telkomsel memperluas cakupan solusi digitalnya melalui divisi inkubasi dan akselerasi internal Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) sebagai perusahaan perpanjangan investasi di luar ekosistem perusahaan. Ini menjadi salah satu langkah strategis untuk mencari model bisnis yang tepat bagi bisnis telekomunikasinya.
Sebagaimana diketahui, perjalanan industri telekomunikasi dalam mengembangkan solusi digital sejak awal tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangannya adalah telekomunikasi tidak memiliki ekspertis untuk mengembangkan solusi digital yang product-market fit. Sulit juga untuk berkomitmen investasi jangka panjang demi mengembangkan bisnis yang sustainable.
Menurut informasi yang dihimpun DailySocial dari sumber internal, pengembangan solusi digital Telkomsel berfokus pada dua hipotesis besar. Pertama, hipotesis “inside-out“, Telkomsel berpotensi melepas (spin off) solusi ini untuk membesarkan valuasinya apabila sukses di pasar.
Ambil contoh, dompet digital Tcash yang dilepas dan berganti nama menjadi LinkAja di 2020. Hipotesis ini dapat berlaku pada platform Kuncie dan Fita yang merupakan platform edtech dan healthtech. Kedua, hipotesis “outside-out” berfokus dalam mencari ide atau use case yang punya keterkaitan erat dengan business unit Telkomsel. Misalnya, kolaborasi B2B.
Lebih lanjut, Telkomsel menilai bahwa edtech dan healthtech memiliki potensi besar untuk berkembang di masa depan. Jika mengacu laporan e-Conomy SEA 2020 oleh Google, Temasek and Bain & Company, edtech dan healthtech berkontribusi signifikan selama masa pandemi Covid-19.
Laporan tersebut juga menyebutkan, untuk layanan telemedicine saja, penggunaannya naik empat kali lipat selama pandemi. Sementara, jumlah instal aplikasi edtech naik tiga kali lipat pada periode Januari-Agustus 2020 dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya.
Perusahaan telah melakukan analisis pasar pada kedua vertikal ini dengan melihat tren investasi, pasar, dan kebutuhan di global dan lokal. Telkomsel mendapati bahwa kebutuhan street learning atau pendidikan nonformal di Indonesia masih tinggi. Ini menjadi starting point Kuncie dengan mempertimbangkan sejumlah aspek, seperti market size, pemain, dan masalah yang ada di pasar. Apabila Kuncie mendapat respons positif di pasar, tidak menutup kemungkinan cakupan layanan Kuncie diperluas.
Demikian juga Fita, Telkomsel juga menemukan bahwa sebagian besar sub-vertikal healthtech yang cukup banyak diadopsi di Indonesia adalah layanan yang bersifat post-treatment, seperti medical. Namun, belum banyak platform healthtech yang masuk ke layanan pre-treatment, seperti layanan wellness.
Memang ada beberapa platform wellness dari luar negeri yang digunakan pengguna. Namun, kontennya kurang terlokalisasi sesuai kebutuhan pasar Indonesia. Telkomsel juga membeberkan, sub vertikal layanan semacam Fita sudah 70% product-market fit di pasar global. Kebalikannya, di Indonesia sebanyak 70% justru berasa dari layanan medical.
Model bisnis
Kuncie memungkinkan penggunanya untuk upskill dan re-skill lewat konten pembelajaran dan melakukan sesi mentoring berbasis on demand melalui aplikasi. Sementara, Fita menawarkan sejumlah layanan kesehatan yang lebih personal, seperti program olahraga dan resep makanan sehat. Keduanya sudah dapat diunduh di Google Play Store dan App Store.
Thejatim.com sempat menjajal kedua aplikasi ini. Untuk platform Kuncie, konten yang tersedia sudah cukup banyak. Pelaku bisnis, konten, dan mentor yang dihadirkan juga beragam. Pengguna juga dapat membuat learning plan sesuai topik yang diinginkan.
Untuk menikmati konten baru, pengguna mendapatkan reward tiga token setiap harinya. Apabila ingin menambah token unlimited, pengguna bisa bergabung menjadi pengguna premium. Pengguna juga dapat mengumpulkan poin dari setiap konten yang ditonton di mana poin ini bisa dipakai untuk membeli token. Sayangnya, kami belum menemukan cara menjadi anggota premium, maupun kemungkinan untuk membeli token dengan metode pembayaran digital.
Adapun, kami belum dapat mengeksplorasi lebih banyak di platform Fita. Yang baru bisa kami nikmati adalah program olahraga, tutorial olahraga, serta tutorial dan tutorial resep makanan sehat.
Terlepas dari itu semua, Telkomsel memiliki banyak resource untuk dapat mengeksplorasi model bisnis Kuncie dan Fita. Ini sekaligus membuktikan apakah kedua layanan ini dapat menjadi model percontohan sukses di luar vertikal bisnis yang biasa digarap oleh telekomunikasi.