thejatim.com – Seburuk-buruknya Abdullah bin Ubay, ia punya anak saleh yang mondok di Kanjeng Nabi. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, saya minta, karena bapak saya itu kesalahannya banyak sekali, saya minta agar anda mensalati bapak saya.” Dan Rasulullah pun datang.
Tidak begitu saja, “Maaf Ya Rasulullah, saya meminta jubah anda, agar dipakai kain kafan bapak saya.” Maksudnya untuk mengancam malaikat agar takut, karena dia sedang pakai jubahnya Nabi. Hahaha
Nabi menurutinya, lalu jubah beliau dilepas dan diberikan kepadanya. Orang Islam saja kain kafannya tidak pernah dibungkus dengan jubah nabi. Tapi Abdullah bin Ubay dibungkus dengan jubahnya Nabi.
Setelahnya jubah itu disuruh meludahi oleh Nabi, Nabi menurut, agar berkah. Saking baiknya Kanjeng Nabi, walaupun tadinya ia berbuat jelek dengan Nabi, tapi beliau tetap menuruti. Allah ya masih biasa, belum bereaksi meresponnya.
Ketika Nabi akan mensalati, beliau dicegat oleh Umar:
الم يقل هو كذا وكذا
Pokoknya beliau diingatkan, “Bukankah dia yang mengkritik engkau wahai Rasulullah? Dia yang mengomentari engkau dengan kasar, yang keluar dari Perang Uhud. Pokoknya dia buruk sekali!”
Nabi menjawab: “Kamu menyingkir dariku, Umar. Aku ini Nabi, kalau tidak dilarang ya saya berangkat, tidak seperti kamu terlalu banyak perhitungan.”
Nabi itu kan beda, Nabi itu lugu, Kang. Beliau cerdasnya karena nubuwwah, jadi tidak banyak perhitungan. Ketika Nabi akan salat, Jibril datang membawa wahyu:
وَلَا تُصَلِّ عَلٰٓى اَحَدٍ مِّنْهُمْ مَّاتَ اَبَدًا وَّلَا تَقُمْ عَلٰى قَبْرِهٖۗ اِنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَمَاتُوْا وَهُمْ فٰسِقُوْنَ
Artinya: Janganlah engkau (Nabi Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (berdoa) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. Surah at-Taubah/9: 113.
“Jangan sampai kamu mensalati orang munafik.” Lalu Nabi pergi. Setelah nabi pulang, kata ahli tarikh:
اسلم من هذه الواقعة الف بيت من اهل عبد الله بن أبي
“Gara-gara sikap Nabi yang sangat toleransi, itu ada seribu keluarga Abdullah bin Ubay yang menjadi mukmin.”
Padahal mereka adalah orang-orang yang sudah berhadil diprovokasi Abdullah bin Ubay. Untuk mengambil lagi Madinah, dari seorang pendatang, yakni Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Tapi gara-gara sifat Nabi yang simpatik, “Orang kok baik sekali, dihina dan dicaci maki tetap datang ke sini. Jubahnya diminta juga dikasihkan, orang kok baik sekali. Itu pasti tidak kuat (sabar) kalau bukan Nabi!”
Akhirnya semuanya beriman, dan sifat munafiknya hilang. Karena berkahnya Nabi sabar dalam menahan amarah.
Tapi kiai sekarang itu paling tidak kuat menahan (amarah), paham ya? Jadi kiai sekarang itu demi kebenaran tidak kuat menahan amarah. Cuma bedanya tidak sampai berani mengebom, paham ya? Tapi kan tidak bisa menahan amarah dengan orang. Padahal syarat jadi seorang tokoh itu harus kuat menahan amarah.
*Disadur dari pengajian KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.