TheJatim. Surabaya – Tiap penghujung tahun, dipastikan musim hujan, akan tetapi di tahun 2021 ini, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Akan ada badai La Nina yang menimbulkan potensi bencana dan dapat mengancam ketahanan pangan.
Wakil Walikota Surabaya, Armuji menyatakan Pemerintah Kota Surabaya telah menyiapkan berbagai antisipasi diantaranya melakukan Perampingan Pohon Rawan Tumbang oleh DKRTH , Penyiapan Satgas Rescue dan Mitigasi Penanggulangan Bencana oleh BPB Linmas.
“Cuaca ekstrem tidak terhindarkan dan menjadi pekerjaan kita semua, saya harap warga Surabaya juga bergotong royong untuk antisipasi dampak La Nina,” kata Armuji, Rabu malam (3/11/2021).
Dirinya juga akan berkoordinasi dengan BMKG agar informasi perkembangan cuaca dapat di Update secara aktual sehingga berbagai stakeholder bisa mengambil langkah antisipasi. Di Kota Surabaya terdapat 1.360 RW dan 9.126 RT yang harus turut serta bersiaga hadapi Perubahan cuaca.
“Sekali lagi, kita tidak boleh sendiri mulai RT, RW, LPMK, Tokoh masyarakat dan berbagai Organisasi harus kerja bersama agar warga Surabaya selamat semua,” tegas Cak Ji.
Ia menegaskan penguatan Koordinasi lintas OPD bersama BMKG dan upaya membangun kesadaran masyarakat akan di perkuat. Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan simulasi tanggap bencana hadapi Perubahan Cuaca Ekstrem.
Badai La Nina diperkirakan terjadi di Indonesia hingga akhir 2021 atau awal 2022 perkiraan bulan Januari, dan Februari. Fenomena tersebut ditandai dengan peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Dengan disertai peningkatan curah hujan kerap diikuti dengan bencana-bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
“Dan ini banyak terjadi di wilayah Pulau Jawa, kemudian ke arah Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan. Daerah-daerah itu biasa meningkat curah hujannya di masa peristiwa La Nina,” kata Dodo Gunawan, kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG dikutip dari BBC.com Rabu (3/11/2021).