Rabu, 27 November 2024
Image Slider

Dinkes tanggapi Soal Biaya Persalinan Warga Maspati dengan RS Swasta

TheJatim. Surabaya – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya memberikan penjelasan mengenai pasutri Agung Cahyono dan Silvia Damayanti warga Maspati, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya. Berdasarkan data dan fakta, pasutri tersebut belum pernah mendaftar di RSUD dr Soewandhie untuk mendapatkan layanan persalinan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menerangkan, pada tanggal 14, 15 dan 16 Agustus 2020, dalam data RSUD dr Soewandhie tidak ada pasien bernama Silvia Damayanti. Namun, ada berita yang menyebutkan, sekitar tanggal tersebut, pasien atas nama itu tidak dilayani dengan baik ketika melakukan pra-persalinan di RSUD dr Soewandhie.

“Berdasarkan data dan fakta di RSUD dr Soewandhie pada tanggal 14-16 Agustus 2020, pasien atas nama tersebut tidak terdaftar datanya di rumah sakit. Artinya tidak ada pasien atas nama itu,” kata Febria saat dihubungi, Selasa (19/10/2021).

Kepala Dinkes (Kadinkes) yang akrab disapa Feny mengatakan, padahal saat datang ke Puskesmas Gundih pada 14 Agustus 2020 untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, pasien sudah diberi rujukan agar ke RSUD dr. Soewandhie. Sebab, hasil pemeriksaan kehamilan di puskesmas, didapatkan pasien memiliki tekanan darah 140/80 MMHg, dengan diagnosa Pre Eklamsia.

Baca Juga:  Tim Pemenangan FINAL Bluto Sambang PPK, Koordinasi Penyelenggaraan Pilkada Sumenep

“Karena itu, puskesmas kemudian memberikan rujukan sesuai peraturan ke RSUD dr Soewandhie. Alasannya juga karena RSUD milik pemkot dan pasien terdaftar sebagai peserta BPJS PBI,” ungkapnya.

Namun Feny menyebutkan, ketika jadwal persalinan tanggal 30 September 2020 tiba, pasutri itu memilih untuk mendapatkan layanan ke rumah sakit swasta, yang diketahui adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari MERR atas kemauannya sendiri. Bahkan, suami pasien menyetujui pembiayaan di rumah sakit itu dengan membayar secara mandiri dan menandatangani general consent.

“Sebelumnya, pihak rumah sakit swasta juga sudah menjelaskan kepada pasien terkait prosedur pelayanan dan pembiayaannya. Karena, rumah sakit itu sendiri belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka pasien setuju membayar deposit Rp4 juta,” jelasnya.

Baca Juga:  PWI Jatim akan kabulkan Permintaan Wali Kota Surabaya

Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari MERR tentu berkewajiban untuk melayani persalinan pasien tersebut. Pasien pun akhirnya melahirkan dengan Sectio Caesar.

Setelah akan keluar rumah sakit (KRS) dengan total biaya persalinan Rp15,8 juta yang sudah dipotong deposit, rupanya pasien tidak mampu membayar. Pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari MERR pun tetap memberikan keringanan kepada pasien dengan cara mencicil selama 12 bulan.

“Pasien pun menyetujuinya dengan menandatangani surat persetujuan. Jadi setiap bulan pasien bisa mencicil Rp300 ribu ke rumah sakit swasta tersebut selama 12 bulan,” katanya.

Namun, itikad baik dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari MERR, rupanya dilupakan oleh pasutri yang berdomisili di Jalan Sidotopo Wetan ini. Pasalnya, cicilan kedua dan seterusnya belum pernah dibayarkan. Terlebih pula, sejak bulan Januari hingga 12 Oktober 2021, pihak rumah sakit tidak bisa menghubungi pasutri itu karena nomor HP yang diberikan tidak aktif. Sehingga, komunikasi kemudian dilakukan melalui penghubung pasien.

Baca Juga:  Kemenkes RI Keluarkan Edaran Chiki Ngebul, Pemkot Surabaya Nyatakan Belum Ada Laporan Kasus

“Nah, tanggal 13 Oktober 2021, pihak rumah sakit kemudian menghubungi penghubung pasien untuk menanyakan sisa tagihan dan meminta pasutri untuk datang ke rumah sakit,” sebut Feny.

Tentunya, pemanggilan oleh pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari MERR kepada pasutri dilakukan agar ada kejelasan informasi. Apalagi, KTP pasutri itu beserta surat kenal lahir (SKL), masih disimpan baik oleh pihak rumah sakit. Tujuannya, agar pasien dan keluarganya bersedia datang untuk berkoordinasi. Namun, saat ini pasutri itu malah membuat KTP baru.

“Sebenarnya pasien sendiri punya kewajiban untuk membayar ke rumah sakit swasta itu. Di awal, pihak rumah sakit swasta sudah menjelaskan belum ada kerjasama dengan BPJS. Suami pasien sendiri juga sudah sepakat untuk membayar dengan cara mencicil dan menyetujuinya,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Populer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terkait
ADVERTISEMENT