Kamis, 9 Januari 2025
Image Slider

Doa Kok Aneh-Aneh?

Makanya, ada guyonan yang masyhur, ada juga guyonan yang ramai sampai viral. Saya dapat cerita dari orang-orang yang menganggur. Ada orang yang berdoa supaya dikelilingi wanita cantik. Ternyata, dia malah menjadi penjual sayuran. Hahaha.

Ada juga yang berdoa, “Ya Allah, saya ingin hanya kipas-kipas terus dapat uang.” Ternyata ditakdirkan menjadi penjual sate. Padahal maksudnya bukan seperti itu. Tapi salahnya sendiri karena banyak tingkah!

Makanya, di dalam kitab yang berisi doa-doa, disebutkan bahwa “Allah akan mengabulkan kamu dengan sesuatu yang dipilihkan oleh Allah, bukan yang dipilih sendiri oleh kamu.” Karena tidak ada jaminan bahwa yang kamu pilih itu lebih baik.

Baca Juga:  Semarak Hari Santri, Warga NU Sumenep Tanam Mangrove di Pantai Matahari

Coba pikirkan, hidup di akhirat itu selama-lamanya. Tentu kita ingin semua doa kita yang berhubungan dengan akhirat dikabulkan. Sementara, hidup di dunia hanya sementara. Kenapa kamu berdoa untuk dunia dengan serius, padahal durasi waktunya hanya sebentar?

Dan semua ulama berpikir seperti itu. Makanya, jika berdoa, tidak terlalu semangat. Jangan minta didoakan saya, karena doa saya tidak terlalu manjur. Memang saya tidak ingin doa saya manjur, biasa saja. Sampai sekarang, saya juga jarang berdoa.

Baca Juga:  Jadilah Kaya atau Miskin Sewajarnya

Kalaupun berdoa, misalnya, saya hanya berkata, “Ya Allah, semoga agama ini hidup. Semoga kajian tafsir dan fikih tetap hidup.”

Karena saya lebih berkepentingan agar agama ini berjalan daripada hak-hak pribadi saya. Saya masih ingat kritik dari bapak.

Ada kiai yang tamunya banyak dan mendapat hadiah atau salam tempel banyak. Umatnya bangga. Padahal, yang diuntungkan adalah dirinya sendiri, bukan Islam. Kalau dia benar-benar wali, maka dia akan mengajarkan halal-haram, mengajarkan cara sahnya ibadah. Itulah yang benar-benar menguntungkan Islam.

Baca Juga:  Orang Bodoh Justru Kaya?!

Maksudnya, hidup ini akan tertata karena adanya aturan halal-haram dan hukum. Tapi jika berbicara seperti saya ini, tentu ada risikonya, seperti dianggap fitnah, dan sebagainya. Tapi ini adalah ilmu. Makanya, saya ingatkan, ini adalah ilmu, maka kita harus menyampaikannya.

*Disadur dari pengajian KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Populer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terkait
ADVERTISEMENT