TheJatim. Mojokerto – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar Muktamar ke-34 di Lampung, pada Desember 2021 mendatang.
Dalam hajatan besar PBNU itu, ada dua posisi pimpinan yang akan ditetapkan, yaitu Rais Aam pada level Syuriah dan Ketua Umum pada level Tanfidziyah.
Terlepas dari itu, Kabar majunya KH Yahya Cholil Staquf sebagai calon Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-34 mendapat perhatian publik.
Pasalnya, Yahya diduga eks kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi yang sempat berafiliasi dengan Masyumi.
Salah satu yang merespon kabar tersebut adalah Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, Ketua Umum Persatuan Guru Nahdaltul Ulama (PERGUNU) dan juga kader PMII tulen.
“Buat apa mendirikan PMII, jika Ketua Umum PBNU kader HMI,” tutur Kiai Asep pada Sabtu, (16/10) ketika acara Rapat Koordinasi Nasional Pergunu bertempat di Guest House Kampus Insitut KH Abdul Chalim, Pacet, Mojokerto.
Kiai Asep mengaku prihatin dengan makin tersingkirnya kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai figur penerus PBNU. Sebaliknya, justru kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mulai dominan merangsek masuk.
“Padahal PMII salah satu wadah kaderasi bagi NU yang tidak diragukan lagi keberhasilanya dalam melahirkan tokoh-tokoh berpengaruh. Selain itu, kaderasi yang dijalankan di tubuh PMII sepenuhnya sudah sejalan prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.
Kiai Asep juga berharap sekaligus berpesan pada khalayak agar tidak meragukan kader-kader yang ditempa di tubuh PMII untuk menduduki jabatan di struktural PBNU.
“Kaderisasi ditingkat paling dasar hingga tingkat tertinggi ditubuh PMII tidak ada yang bertentangan dengan NU, artinya, kader-kader PMII sudah jelas baik dari sisi ideologi maupun arah gerak kedepannya. Kalau hanya jadi ketua Banom, seperti Saifullah Yusuf, yang dulu jadi Ketua Ansor nggak papalah. Tapi kalau HMI jadi top figur NU, ya gimana,” ungkap mantan Ketua PCNU Kota Surabaya itu.
Untuk itu Kiai Asep berharap jabatan struktural PBNU betul-betul diisi kader murni NU.
“Jabatan penting seperti Rais Am, Syuriah dan Ketua Umum PBNU harus benar-benar kader murni Nahdlatul Ulama,” pungkasnya.