Thejatim.com – Puasa Syawal memiliki banyak kedahsyatan bagi yang mengamalkannya. Puasa Syawal ini dilakukan selama enam hari yang disambung dengan puasa Ramadhan yang dilakukan sebelumnya. Salah satu bentuk kedahsyatan puasa Syawal dialami oleh ulama zuhud yang juga ahli hadits kelahiran Kufah, yaitu Sufyan ats-Tsauri.
Suatu ketika, Sufyan ats-Tsauri yang bermukim di Makkah selama tiga tahun, kerap menyaksikan seorang pria penduduk setempat yang rutin mengunjungi Masjidil Haram. Setiap hari, pria tersebut melakukan thawaf, menunaikan shalat dua rakaat, lalu menyapa Sufyan sebelum kembali ke rumahnya.
Kebiasaan yang berlangsung setiap siang itu menumbuhkan rasa kagum dan simpati dalam diri Sufyan. Ia pun sering mengunjungi pria tersebut hingga pada suatu hari, sang ahli ibadah jatuh sakit dan tampak berada di ambang ajal.
Ia pun memanggil Sufyan ats-Tsauri dan berwasiat, “Apabila aku mati, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, shalatkan, lalu kuburkan. Dan jangan kau tinggalkan aku sendirian di kuburan malam itu. Bacakan talqîn (tuntunlah) aku tentang tauhid dalam menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.”
Sufyan yang bernama lengkap Sufyan bin Sa’id bin Masruq bin Habib bin Rafi’ bin Abdillah dikenal tak hanya sebagai ulama yang berpengetahuan sangat luas, tapi juga pribadi yang wara’, zuhud, dan teguh dalam memegang janji. Dan Sufyan mengiyakan semua pesan yang disampaikan sahabat karibnya tersebut.
Ketika pria ahli ibadah itu wafat, Sufyan mulai melaksanakan wasiat satu per satu, termasuk rela bermalam di sebelah kuburan sang sahabat. Dalam kesunyian itulah, ia memperoleh pengalaman spiritual yang tak disangka-sangka.
Menurut penuturan Sufyan ats-Tsauri sendiri sebagaimana direkam kitab an-Nawâdir karya Ahmad Syihabuddin al-Qalyubi, kala itu antara tidur dan terjaga, Sufyan tiba-tiba mendengar suara asing dari atas, “Wahai Sufyan, pria ini tak membutuhkan penjagaanmu, talqînmu, juga hiburanmu. Kamilah yang akan menghibur dan menuntunnya.”
“Dengan apa?”
“Dengan puasa Ramadhan yang disambung puasa enam hari pada bulan Syawal,” jelas suara itu.
Sufyan terbangun dan membuka matanya, namun ia tidak menemukan siapa pun di sekitarnya. Setelah itu, ia berwudhu dan menunaikan shalat. Ketika kembali tidur, suara tersebut muncul lagi. Hal ini terus berulang hingga tiga kali.
Meyakini bahwa pengalaman tersebut berasal dari Allah, bukan bisikan setan, Sufyan merasa mantap dengan apa yang dialaminya. Dengan hati yang tenang, ia pun meninggalkan makam pria ahli ibadah itu sambil memanjatkan doa, “Allâhumma waffiqnî li shiyâmi dzâlik bi mannika wa karamika, âmîn (Ya Allah, berikanlah aku taufiq untuk menjalankan puasa itu atas anugerah dan kemuliaan-Mu. Amin).”
*) Tulisan ini disadur dari NU Online.