TheJatim.com – Bulan Juli selalu menghadirkan makna yang mendalam bagi PDI Perjuangan, khususnya dalam mengenang peristiwa Kudatuli (Kerusuhan 27 Juli 1996). Momentum tersebut menjadi saksi sejarah penindasan terhadap demokrasi dan rakyat yang mendukung Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum.
Penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta, pada 27 Juli 1996 menjadi simbol kekerasan politik Orde Baru. Tapi di balik tragedi itu, semangat rakyat justru semakin menyala dan menguatkan tekad memperjuangkan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Kini, partai berlambang banteng moncong putih itu kembali diuji oleh apa yang mereka nilai sebagai bentuk kriminalisasi terhadap Sekjen Hasto Kristiyanto. Proses hukum yang dijalani Hasto dinilai sarat muatan politis karena sikapnya yang kritis terhadap pemerintahan Presiden Jokowi.
“Proses persidangan yang minim bukti dan fakta digelar sedemikian rupa untuk menjebloskan Sekjen Hasto Kristiyanto ke penjara,” ujar Kader PDI Perjuangan Kota Surabaya, Achmad Hidayat, Kamis (24/7/2025).
Menurut Achmad, sejarah telah mencatat bagaimana Bung Karno menyebut kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju keadilan dan kemakmuran sosial. Namun kini, bangsa ini seolah dihadapkan pada persimpangan arah perjuangan.
“Ada dua pilihan menuju Indonesia Raya yang menyelamatkan kaum marhaen, atau menuju dunia yang hanya menguntungkan kaum borjuis,” tuturnya.
Achmad juga membandingkan situasi ini dengan kisah Nabi Musa dan umatnya saat melintasi Laut Merah untuk mencapai tanah yang dijanjikan. Dalam perjalanannya, Nabi Musa menerima 10 Perintah Allah, salah satunya adalah larangan memberikan kesaksian palsu.
“Perintah Allah ke-9 adalah ‘jangan bersaksi dusta tentang sesamamu’. Ini sangat relevan dengan kondisi hukum saat ini,” tambahnya.
Achmad menegaskan, proses hukum yang menimpa Hasto harus menjadi pelajaran politik dan hukum bagi rakyat. Ketiadaan bukti yang kuat dan kesaksian yang bias, menurutnya, menunjukkan bahwa Sekjen PDI Perjuangan menjadi korban karena konsisten memperjuangkan nilai-nilai Bung Karno dan Megawati.
“Jika kebenaran tidak ditegakkan, maka bangsa ini sedang meruntuhkan langit harapan rakyat dan para pendiri bangsa,” tegas Achmad.
Di penghujung bulan Suro, dia mengajak masyarakat dan kader partai untuk kembali pada semangat suro dirā jayaningrat lebur dening pangastuti. Prinsip ini, menurutnya, telah dipegang teguh oleh Megawati dalam menghadapi berbagai ketidakadilan.
“Bu Mega dan PDI Perjuangan tetap setia pada kebenaran kolektif yang membawa kemaslahatan orang banyak,” katanya.
Achmad mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk terus menyuarakan keadilan dan memulihkan nama baik Hasto Kristiyanto melalui proses hukum yang adil.
“Semoga Tuhan yang Maha Kuasa menyertai perjuangan kita semua. Merdeka!” pungkasnya.