Kamis, 14 Agustus 2025
Image Slider

Membumikan Joyful Learning Berbasis Kearifan Lokal: Terobosan Tim PKM PGSD UNESA Tingkatkan Kualitas Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Pacitan

Dari Peta Emosi hingga Deep Learning: Ketika Pelatihan Guru Menjadi Ruang Tumbuh yang Menggembirakan dan Bermakna

Thejatim.com – Pacitan, 26 Juli 2025. Kabupaten Pacitan dikenal sebagai daerah yang kaya akan nilai-nilai kultural dan alam yang asri. Kini, di tengah nuansa sejuk pegunungan selatan Jawa Timur, semangat perubahan pendidikan bergema dari ruang-ruang kelas MAN Pacitan, tempat dilaksanakannya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) oleh Tim Dosen Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

ADVERTISIMENT

Tidak sekadar pelatihan, namun menjadi ruang refleksi, ekspresi, dan transformasi pembelajaran: begitulah atmosfer yang tercipta dalam kegiatan tersebut. ( Informasi: https://pgsd.fip.unesa.ac.id )

Bertajuk “Pelatihan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru Sekolah Dasar melalui Joyful Learning Berbasis Kearifan Lokal,” kegiatan ini digelar dengan semangat kolaboratif dan inovatif. Tidak hanya menghadirkan materi-materi mutakhir, pelatihan ini juga membuka ruang bagi para guru untuk menelusuri emosi dan pengalaman mereka sebagai pendidik — momen yang jarang terjadi dalam pelatihan konvensional.

Deep Learning: Dari Penghafal Menjadi Pembelajar Bermakna

Pelatihan diawali oleh sesi pemantik dari Bapak Ali Fakhrudin, M.Pd., yang mengangkat tema “Deep Learning: Strategi Pembelajaran Bermakna di Era Merdeka Belajar.” Dalam paparannya, Ali menekankan pentingnya pergeseran paradigma dari sekadar penyampaian konten ke upaya menumbuhkan proses berpikir mendalam, reflektif, dan terintegrasi.

Baca Juga:  Kembangkan Kompetensi Pelaku Usaha di Pamekasan, Disporapar Gelar Beauty Class

“Guru bukan lagi pengisi gelas kosong, tapi fasilitator pertumbuhan. Deep learning adalah jantung dari pendidikan bermutu,” tegasnya. Para guru yang hadir terlihat antusias, tak sedikit yang langsung berdiskusi tentang bagaimana menerapkan teknik learning cycle dan scaffolding yang dijelaskan Ali dalam konteks kelas mereka.

Menariknya, pelatihan ini tidak hanya membahas teori belajar dan strategi pembelajaran aktif, tetapi juga menempatkan kearifan lokal sebagai elemen penting dalam membangun joyful learning yang kontekstual. Para guru dilatih untuk menggali budaya, bahasa, dan praktik lokal di sekitar mereka untuk diintegrasikan ke dalam pembelajaran, mulai dari permainan tradisional, cerita rakyat, hingga simbol-simbol budaya Madura, Jawa, dan etnis lokal lainnya. “Anak-anak kita akan belajar lebih semangat jika mereka menemukan identitasnya sendiri dalam pembelajaran,” ujar Dr. Fiena. Dalam sesi praktik, peserta merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan unsur lokal, seperti menjelaskan konsep matematika melalui permainan egrang, atau mengenalkan nilai-nilai Pancasila melalui kisah legenda setempat.

Peta Emosi: Membaca Untaian Cerita Guru Lewat Sticky Note

Salah satu sesi paling menggugah dalam pelatihan ini adalah “Peta Emosi Pengalaman Mengajar”. Menggunakan sticky note warna-warni, para peserta guru diajak menyusun dan menempelkan pengalaman mengajar paling menyenangkan dan paling melelahkan yang pernah mereka alami. Papan yang semula kosong, perlahan dipenuhi cerita-cerita jujur: mulai dari rasa haru saat melihat siswa akhirnya paham konsep pecahan, hingga lelah mendalam ketika harus mengajar kelas tanpa listrik selama berhari-hari.

Baca Juga:  Lapor Polres Pamekasan, Forkot Atensi Dugaan Pemotongan BLT Buruh PR SS Jaya Raya

“Ini bukan hanya brainstorming, tapi healing,” ujar salah satu peserta guru dengan mata berkaca. “Saya baru kali ini merasa didengarkan sepenuhnya sebagai guru.”

Sesi ini dipandu oleh Dr. Fiena Saadatul Ummah, M.Pd., yang mengajak peserta merefleksikan bagaimana emosi dalam pengalaman mengajar bisa menjadi titik masuk untuk menciptakan pembelajaran yang lebih manusiawi dan menggembirakan. “Joyful Learning bukan sekadar membuat siswa tertawa, tapi bagaimana kita menciptakan ekosistem belajar yang bermakna, adaptif, dan berakar pada identitas lokal siswa,” jelas Dr. Fiena.

Suasana pelatihan begitu “joyful”: tawa, tepuk tangan, diskusi hangat, hingga senyum lega para guru yang merasa dihargai sebagai pembelajar sejati. Tak heran, pelatihan ini meninggalkan kesan mendalam. Beberapa peserta bahkan mengusulkan agar kegiatan ini berlanjut dalam bentuk komunitas belajar guru lintas daerah. Menurut ketua tim pelaksana, kegiatan ini adalah bagian dari komitmen Program Studi PGSD UNESA untuk terus hadir di tengah masyarakat pendidikan, khususnya dalam memperkuat kapasitas guru-guru SD sebagai ujung tombak pendidikan dasar. “Kami percaya, pendidikan berkualitas dimulai dari guru yang bahagia dan reflektif,” ujar Dr. Fiena.

Baca Juga:  Tim PKM S1 Manajemen UNESA Menyelenggarakan Pelatihan Psychological WellBeing untuk Pelaku UMKM Kelompok Sekoper Desa Dooro Gresik

Kegiatan ini tidak hanya menjadi wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi juga mencerminkan arah strategis UNESA sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) yang berorientasi pada perubahan sosial. Melalui pendekatan transformatif dan berbasis komunitas, PKM ini membuktikan bahwa pelatihan guru bisa menjadi ruang inovasi dan pemberdayaan yang autentik. Dengan kombinasi pendekatan ilmiah, praktik langsung, dan sentuhan humanis, PKM ini menjadi contoh ideal bagaimana universitas bisa hadir, mendengar, dan berkontribusi secara nyata dalam kehidupan pendidikan di akar rumput. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, termasuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan inovasi pembelajaran lainnya, silakan kunjungi laman resmi kami di:  https://pgsd.fip.unesa.ac.id

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Populer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terkait
ADVERTISEMENT