Thejatim – Apple dilaporkan sedang menghadapi kendala dalam memproduksi layar untuk iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max. Kendala ini berpotensi menyebabkan kelangkaan perangkat saat diluncurkan pada bulan September mendatang.
Situasi ini mengingatkan pada peristiwa ‘malapetaka’ yang menimpa seri iPhone 14 Pro dan Pro Max tahun lalu. Tim Cook, CEO Apple, mengakui bahwa ada masalah dalam rantai produksi di China yang menyebabkan kedua varian premium tersebut mengalami kelangkaan selama musim belanja liburan.
Permasalahan pasokan ini, dipadukan dengan tingkat kehati-hatian konsumen dalam berbelanja di tengah prospek ekonomi yang tidak pasti, menyebabkan pendapatan iPhone mengalami penurunan sebesar 8% pada Q1 2023.
Cook menyatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya masalah serupa tahun ini, termasuk dengan mempercepat produksi seri iPhone 15.
Permasalahan yang dihadapi iPhone 15 Pro dan Pro Max terletak pada desain bingkai (bezel) yang lebih tipis dibandingkan dengan model iPhone 14 Pro. Penurunan bezel ini menjadi akar masalah.
Menurut laporan dari TheInformation, pemasok layar Apple, LG, menggunakan proses baru untuk mengecilkan ukuran bezel. Namun, layar dari LG gagal melewati uji keandalan selama proses penyatuan layar dengan cangkang logam.
Apple dilaporkan sedang berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan menyempurnakan desain layar dari LG agar bisa melewati uji keandalan. Sementara itu, Apple juga masih memiliki komponen layar dari Samsung yang bisa digunakan untuk perakitan.
Dilansir dari Macrumor, masalah manufaktur ini diperkirakan akan paling berdampak pada ketersediaan iPhone 15 Pro Max, model termahal dari seri tersebut. Perangkat ini diprediksi akan menjadi yang paling sulit didapatkan saat diluncurkan.
Sebagai catatan, Apple sebelumnya juga mengalami situasi serupa saat memperbesar ukuran layar Apple Watch Series 7 pada tahun 2019, yang akhirnya mengakibatkan penundaan selama sekitar satu bulan.
Dalam konteks ini, kemungkinan Apple akan mengalami penurunan profit akibat penjualan yang lebih rendah daripada ekspektasi perusahaan.
