TheJatim.com – Stroke tidak lagi menjadi penyakit yang hanya dialami lansia. Di Surabaya, tren kasus stroke usia muda mulai usia 30 tahun semakin meningkat, dipicu pola hidup tidak sehat, stres, hingga kurangnya aktivitas fisik.
Dokter spesialis neurologi National Hospital Surabaya, dr. Erik Tanoto, Sp.N, mengungkapkan pasien stroke di rentang usia produktif kini kian sering ditemui.
“Kalau dulu stroke identik usia 50-60 tahun, sekarang pasien 30-an semakin banyak. Pemicunya makanan cepat saji, gula tinggi, kurang olahraga, dan stres,” jelas Erik dalam acara penyerahan Angels Stroke Award di National Hospital Surabaya, Rabu (10/9/2025).
Menurut data global, terdapat 12,2 juta kasus stroke baru per tahun atau setara satu kasus setiap tiga detik. Meski kelompok usia lanjut masih berisiko tinggi, jumlah pasien usia muda terus meningkat akibat hipertensi, obesitas, diabetes, kebiasaan merokok, dan paparan polusi udara.
Erik menekankan pentingnya masyarakat mengenali tanda-tanda awal stroke dengan slogan “SeGeRa ke RS” yang berarti Senyum tidak simetris, Gerak tubuh melemah, bicaRa pelo, kebas separuh tubuh, Rabun mendadak, hingga sakit kepala hebat.
“Stroke sering datang tiba-tiba. Dengan deteksi dini, peluang penyelamatan jauh lebih besar,” tegasnya.
Direktur National Hospital, dr. Hendra Hendri, SpOG, menambahkan bahwa penanganan cepat menjadi kunci keselamatan pasien.
“Golden time hanya 4-6 jam, maksimal 24 jam. Semakin cepat tindakan, semakin besar peluang pemulihan,” ujarnya.
National Hospital Surabaya kini menjadi rujukan stroke terbaik di Indonesia. Rumah sakit ini menghadirkan layanan stroke center dengan teknologi Mechanical Thrombectomy, yang memungkinkan dokter langsung menyedot gumpalan darah penyumbat aliran darah di otak.
Dalam setahun terakhir, kasus stroke yang ditangani dengan metode trombolisis dan thrombectomy meningkat hingga 100%. Sekitar 20-30% pasien stroke dapat ditangani optimal berkat teknologi tersebut.
“Thrombectomy bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga menekan risiko kecacatan permanen,” jelas Dr. dr. Nur Setiawan Suroto, Sp.BS (K), spesialis bedah saraf neurovaskular National Hospital.
Ia juga menyoroti fenomena anak muda hingga atlet yang berlatih sendiri hanya bermodal tutorial media sosial tanpa arahan pelatih. Sebab, olahraga berat dilakukan tanpa pengawasan, justru dapat menimbulkan risiko serius, bahkan memicu stroke pada usia muda.
“Kalau olahraga berlebihan tanpa pengawasan, apalagi latihan berat seperti angkat beban (heavy lifting), ada risiko cedera pembuluh darah di leher bagian belakang. Bisa pembuluh darah seolah terkelupas. Itu bisa memicu stroke pada usia muda,” ungkapnya.
Atas dedikasinya dalam mengembangkan sistem penanganan stroke cepat, National Hospital Surabaya berhasil meraih Angels Stroke Awards dari World Stroke Organization. Penghargaan ini menjadi bukti komitmen rumah sakit dalam memberikan layanan terbaik sekaligus mendukung upaya menurunkan angka kematian dan kecacatan akibat stroke di Indonesia.



