Thejatim.com – Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 hingga akhir Agustus tercatat Rp321,6 triliun atau setara 1,35 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Kementerian Keuangan menegaskan, pelemahan penerimaan negara menjadi faktor utama yang mendorong pelebaran defisit.
Realisasi pendapatan negara hanya mencapai Rp1.638,7 triliun atau 57,2 persen dari outlook, anjlok 7,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Hampir seluruh sumber penerimaan tertekan.
Komponen perpajakan masih menjadi penopang utama, namun hanya terkumpul Rp1.330,4 triliun, turun 3,6 persen dibandingkan tahun lalu. Lebih jauh lagi, penerimaan pajak terkontraksi hingga 5,1 persen, dengan realisasi Rp1.135,4 triliun. Di sisi lain, kepabeanan dan cukai justru mampu tumbuh 6,4 persen menjadi Rp194,9 triliun.
Sementara itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) merosot tajam 20,1 persen, hanya mencapai Rp306,8 triliun.
Di sisi belanja, negara tetap menunjukkan ekspansi. Realisasi belanja negara per 31 Agustus tercatat Rp1.960,3 triliun, naik tipis 1,5 persen dibandingkan tahun lalu. Belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.388,8 triliun, dengan pola berbeda antara kementerian/lembaga (turun 2,5 persen) dan non-kementerian/lembaga (naik 5,6 persen). Sementara itu, transfer ke daerah meningkat menjadi Rp571,5 triliun atau 66,1 persen dari outlook.
Meski penerimaan negara tertekan, pemerintah masih mampu menjaga keseimbangan primer dalam posisi surplus Rp22 triliun. Surplus ini menjadi sinyal bahwa ruang fiskal belum sepenuhnya terkikis, meski tekanan terhadap penerimaan pajak dan PNBP semakin nyata.