Thejatim.com – Tingkat pengangguran di Jawa Timur pada 2024 masih terkonsentrasi di wilayah dengan aktivitas ekonomi tinggi dan jumlah penduduk besar. Meskipun sejumlah daerah tercatat sebagai daerah dengan adanya indikasi pemulihan ekonomi, namun tekanan terhadap pasar kerja masih terasa cukup besar, terutama di sektor industri dan jasa.
Jumlah pengangguran tertinggi pada tahun 2024 sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diisi oleh daerah dengan karakter ekonomi industrialisasi seperti Kabupaten Malang, Kota Surabaya, dan Kabupaten Sidoarjo, tiga daerah tersebut menduduki tiga besar
Kabupaten Malang menempati posisi pertama dengan jumlah penganggur sebesar 80.950 orang. Jumlah ini mencerminkan besarnya angkatan kerja yang tidak terserap oleh lapangan pekerjaan di wilayah kabupaten Malang, di sisi lain hal ini juga menunjukkan tantangan penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan pariwisata yang belum sepenuhnya berdampak pada kondisi angkatan kerja.
Sebagai pusat ekonomi Jawa Timur, Kota Surabaya mencatat 79.767 orang penganggur. sekaligus mencatatkan posisinya di urutan kedua. Meskipun memiliki struktur ekonomi yang kuat di sektor perdagangan dan jasa, namun dampak terhadap kondisi angkatan kerja belum sepenuhnya signifikan. hal ini mengindikasikan bahwa dinamika transformasi digital dan persaingan tenaga kerja menyebabkan sebagian angkatan kerja belum terserap optimal.
Kabupaten Sidoarjo berada di urutan ketiga dengan jumlah 76.063 orang penganggur. Sebagai kawasan industri, Kabupaten Sidoarjo menghadapi tantangan yang bisa dibilang restrukturisasi usaha dan otomatisasi, yang menekan permintaan tenaga kerja menengah.
Kabupaten Jember menempati posisi keempat dengan julah 49.420 orang penganggur. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur ekonomi berbasis pertanian dan jasa pendidikan belum mampu sepenuhnya menciptakan lapangan kerja baru secara signifikan.
Kabupaten Gresik berada di posisi kelima dengan 49.352 penganggur. Meskipun dikenal sebagai kawasan industri besar, dan menjadi salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sebagian tenaga kerja masih terdampak pergeseran aktivitas manufaktur dan proyek industri berat yang bersifat musiman.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa wilayah perkotaan dan industri di Jawa Timur masih menjadi titik pengangguran terbuka yang cukup tinggi sekalipun daerah-daerah tersebut memiliki daya dorong ekonomi tinggi.