TheJatim.com – Peringatan September Hitam kembali menggema di Jawa Timur. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC) Surabaya menggelar talkshow bertajuk “September Hitam: Ketika Nafas Diambil Paksa, Tetesan Air Mata: Dibalik Tangisan yang Tak Sempat Terdengar” pada Selasa (23/9/2025).
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh mahasiswa sebagai pemateri, di antaranya Muhammad Ikhsanudin (Presiden BEM UIN Tulungagung sekaligus Koordinator Bemnus Tulungagung), Deni Oktaviano Pratama (Presiden BEM Untag Banyuwangi sekaligus Koordinator Bemnus Banyuwangi), serta Defrin Fortinius Ziliwu (Presiden BEM UKDC).
Rangkaian kegiatan diwarnai diskusi, pembacaan puisi, teater, doa bersama, hingga penyalaan lilin sebagai simbol penghormatan kepada para korban pelanggaran HAM di masa lalu.
Presiden BEM UKDC, Defrin Fortinius Ziliwu, mengaku terkejut dengan tingginya antusiasme mahasiswa. Dengan peserta yang membeludak, membuat dirinya lebih bersyukur dan semakin bersemangat, dikarenakan masih mahasiswa kini semakin peka terhadap isu pelanggaran HAM.
“Meski negara terus membatasi ruang gerak mahasiswa, inisiatif dan semangat untuk melawan tetap tumbuh,” ujarnya kepada The Jatim usai serangkaian kegiatan memperingati September Hitam.
Dikesempatan yang sama, Rektor UKDC, Dr. Victor Imanuel Williamson Nalle, S.H., M.H., menegaskan bahwa kampus mendukung penuh tradisi akademik berupa diskusi kritis.
“Kritik mahasiswa yang disampaikan masih dalam rel akademik, konstruktif, dan bagian dari tanggung jawab moral. Kampus justru wajib memfasilitasi diskusi karena itulah nafas sejati perguruan tinggi,” katanya.
Ia berharap diskusi serupa bisa digelar lebih mendalam agar mahasiswa semakin kritis dalam membaca fenomena bangsa. Dengan demikian, persoalan yang akhir-akhir ini terjadi, diharapkan juga mendapatkan solusinya.
“Mungkin next discussion kita bisa bikin diskusi yang lebih mendalam, ketemu akar persoalan. Sehingga kita bisa berkontribusi dalam peradaban bangsa,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator Daerah Bemnus Jatim, Helvin Rosiyanda Putra, menyebut momen ini sebagai refleksi tahunan. Ia menjelaskan, bahwa September Hitam adalah pengingat atas tragedi pelanggaran HAM.
Bahkan, Helvin menyebut Tragedi Kanjuruhan di Tahun 2022 termasuk sebagai peristiwa kemanusiaan. Oleh karena itu, dengan kegiatan ini, mahasiswa diharapkan bisa lebih objektif, membangun solidaritas, dan terus menghidupkan semangat belajar serta menggerakkan potensi di kampus.
“Terutama potensi-potensi di kampus terus digerakkan, dan juga melihat kondisi nasional hari ini yang kemarin sempat banyak dinamika. Banyak gejolak, masih harus betul-betul melihat dari sisi kanan kiri maupun atas dan bawah, artinya enggak terfokus ke satu peristiwa,” pungkasnya.
Diskusi ini ditutup dengan doa bersama, menyalakan lilin, dan seruan agar mahasiswa tetap berani bersuara demi kebenaran dan keadilan sosial.