TheJatim.com – Tragedi dugaan kasus bullying yang berujung pada insiden ledakan di salah satu sekolah di Jakarta Utara menjadi peringatan serius bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Menyikapi hal itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi langsung memperketat pengawasan dan memperkuat program sekolah ramah anak demi mencegah terulangnya kejadian serupa di Kota Pahlawan.
Wali Kota Eri menegaskan bahwa kekerasan di lingkungan sekolah bisa menimbulkan dampak psikologis berat bagi siswa, bahkan berpotensi menumbuhkan rasa dendam yang berbahaya. “Peristiwa seperti itu membahayakan, apalagi jika anak memiliki jiwa dendam atau menjadi korban bullying. Ini harus menjadi perhatian serius,” ujar Eri, Selasa (11/11/2025).
Sebagai langkah konkret, Pemkot Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) akan memperluas program penyatuan sekolah, yang mengedepankan nilai toleransi, kebersamaan, dan penghormatan terhadap perbedaan. Program tersebut akan diisi dengan berbagai kegiatan lintas sekolah dan lintas agama untuk mempererat persaudaraan antarsiswa.
“Untuk mencegahnya, kami akan mengadakan berbagai acara dengan Dinas Pendidikan untuk menyatukan anak-anak dari semua agama dan etnis. Anak-anak harus tumbuh dalam suasana damai dan saling menghormati,” jelasnya.
Eri juga memberikan instruksi tegas kepada seluruh kepala sekolah agar memperkuat pengawasan terhadap potensi perundungan di lingkungan pendidikan. Ia menegaskan, sekolah di Surabaya harus menjadi ruang aman bagi tumbuh kembang anak.
“Tidak boleh ada bullying. Hal ini harus dihindari dengan segala cara, karena menyangkut psikologis dan masa depan generasi muda kita,” tegasnya.
Wali Kota Eri berharap langkah-langkah preventif ini mampu membangun ekosistem pendidikan yang berlandaskan empati, saling menghargai, dan terbebas dari kekerasan. Ia menilai, mencegah lebih baik daripada menyesal ketika insiden sudah terjadi.



