thejatim.com – Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
جُبِلَتِ الْقُلُوْبُ عَلَى حُبِّ مَنْ اَحْسَنَ اِلَيْهَا وَبُغْضِ مَنْ اَسَاءَ اِلَيْهَا (رواه البيهقي)
Hati ini diciptakan dengan fitrah mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan membenci orang yang berbuat buruk kepadanya. (HR. Al-Baihaqi)
Hati itu dibentuk untuk menyukai orang yang berbuat baik kepadanya, dan membenci orang yang berbuat buruk kepadanya. Karena dalam sebuah kebaikan terdapat ridha manusia, dan dalam ketakwaan terdapat ridha Allah SWT.
Barangsiapa yang mampu mengumpulkan keduanya, yakni kebaikan dan takwa, maka telah sempurna keberuntungannya, dan telah menyeluruh kenikmatannya.
Jadi hati kita itu diwatakkan mencintai pada yang berbuat baik, dan membenci yang berbuat buruk. Sebab itu, di sebagian riwayat disebutkan:
رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ اْلإِيْمَانِ بِاللهِ اَلتَّوَدُّدُ اِلَى النَّاسِ
Pangkal kecerdasan setelah mengimani Allah (Sang Maha Kuasa) adalah membina hubungan baik dengan sesama manusia. (HR. Imam al-Bazzar & Thabrani)
Jadi inti akal setelah membuat beriman, itu maksudnya setelah akal mengantarkan kita beriman, itu inti akal terbaik setelahnya adalah membuat orang lain simpatik.
Karena itu jangan sampai tetanggamu diberi fasilitas sama orang fasik, sehingga tidak mencintai orang saleh karena tidak baik kepadanya. Sebab bagaimana pun juga Allah itu yang mengatur hati manusia, mencintai orang yang baik kepadanya.
Masalahnya sekarang adalah banyak orang saleh yang bawaannya itu sinis, karena menganggap orang lain itu buruk dan tidak benar. Padahal orang yang disinisi tentu tidak ingin berbuat baik kepada orang itu, walaupun dia adalah orang saleh.
Jadi intinya, jangan-jangan kita yang saleh membuat orang menjauh dan lari dari kesalehan (amal yang baik), gara-gara sikap sinis kita. Nah, itu adalah masalah besar bagi kita.
Makanya, adat (kebiasaan) para ulama itu rileks dan santai. Setahuku, orang saleh yang saya kenali, para guruku, bapakku, Mbah Moen, itu sukanya rileks. Juga sering ngobrol dan bercanda dengan tetangga. Karena jika sampai orang yang fasik mempunyai jasa yang lebih atau mereka lebih simpatik dari kita, itu bahaya. Ini peringatan bagi orang saleh yang terlalu serius beribadah tapi tidak pernah ngaji.
Orang saleh itu kadang memang merepotkan. Mau dibenci tapi orang saleh. Tidak dibenci tapi dia tidak suka ilmu. Datang ke resepsi menggerutu, karena dalam undangan nikah ada foto calon pengantinnya sudah berduaan.
Menggerutu, “Ajaran macam apa ini? Belum nikah kok sudah berduaan.” Kata keponakannya, “Itu editan mbah” Lalu bertanya, “Editan itu apa?” Ya repot kalau tidak punya ilmu.
Akhirnya saat bertemu saya, orang saleh itu berkata, “Ini hukumnya bagaimana Gus, belum sah nikah kok sudah foto berduaan?” Maka saya jawab, “Ya, secara hukum, orang yang nikah itu harusnya didoakan bukan malah digunjing!”
Dan dia pun menggerutu terus sepanjang jalan, itulah orang saleh yang kurang ilmu.
*Disadur dari pengajian KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.