Senin, 17 November 2025
Image Slider

Gus Baha: Semua Peristiwa dari Allah Mengandung Sisi Ilmiah

Thejatim.com – Dikatakan oleh para ulama bahwa tidak ada peristiwa yang tidak ada sisi ilmiahnya. Semua itu ketentuan Tuhan, tapi tetap ada unsur mukjizat. Agama butuh faktor X, tapi tetap ada faktor normalnya.

Jadi, andai perang Khandaq (Ahzab) tidak ada peristiwa Nu’aim bin Mas’ud yang menyatakan memeluk Islam serta tetap menyembunyikan keimanannya, maka akan jadi rumit. Karena musuh masih solid. Kan sudah dikepung selama 26 hari, bahan makanan Nabi bisa bertahan sampai kapan? Apalagi sudah terdengar kelaparan sampai dirawat oleh Jabir. Semua sudah habis. Andai tidak mati karena perang, maka akan mati kelaparan. Sudah begitu masih disusupi orang munafik yang memprovokasi:

اِنَّ بُيُوْتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ اِنْ يُرِيْدُوْنَ اِلاَّ فِرَارًا

Arinya: “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga), padahal rumah-rumah itu tidak terbuka, mereka hanyalah hendak lari (dari peperangan).” (QS. Al-Ahzab: 13)

Tapi berkah hidayah Allah pada Nu’aim bin Mas’ud yang masuk Islam dan tetap menyembunyikan keimanannya, ia berhasil memecah belah persekutuan antara kaum kafir Quraisy dan kaum Yahudi, sehingga musuh-musuh Islam tersebut menjadi tidak solid dan saling mencurigai. 

Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ اِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُوْدٌ فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيْحًا وَّجُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.” (QS. Al-Ahzab: 9)

Esok paginya, orang-orang Quraisy memutuskan untuk menghentikan blokade Madinah dan memutuskan mengakhiri peperangan dan kembali ke Makkah. Hadirnya Nu’aim dan datangnya angin kencang membuat kocar-kacir barisan musuh.

Baca Juga:  Gus Baha: Ngaji Meski Niat Hiburan atau Sumpek Pasti Berkah

Kiai Manshur pernah cerita tentang Nabi Musa yang juga pernah diuntungkan oleh orang yang menyembunyikan keimanannya, sebagaimana Nabi Muhammad juga diuntungkan oleh orang yang menyembunyikan keimanannya, yaitu Nu’aim bin Mas’ud. 

Nu’aim mendatangi kaum Yahudi dan mengatakan bahwa orang Quraisy tidak berniat kerja sama dengan mereka, jika kalah mereka akan meninggalkan Yahudi di Madinah melawan Muhammad dan kaum muslimin. Sedangkan pada kaum Quraisy dikatakan bahwa orang Yahudi tidak berniat bekerja sama dengan mereka. Nu’aim sukses membuat retak persekutuan musuh-musuh Islam.

Makanya orang itu harus dekat dengan Tuhan. Jika tidak mau dekat Tuhan, maka habis sudah. Hidupmu akan rumit. Jika tidak dekat dengan Tuhan, maka akan tuntas. 

Allah SWT berfirman:

لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ

Artinya: “Mereka (orang munafik) tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau dibalik tembok. Permusuhan antar sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal.” (QS. Al-Hasyr: 14)

Pada Perang Badar kaum muslimin memperoleh kemenangan setelah 70 orang kafir mati terbunuh. Dulu kan tidak ada bom nuklir dan bom pemusnah masal. Namun, para Perang Uhud itu umat Islam dikatakan kalah, setelah 70 orang muslim gugur sebagai syuhada’.

وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ

Artinya: “Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan Allah mengetahui orang-orang beriman (yang sejati) dan sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.” (QS. Ali Imran: 140)

Baca Juga:  Gus Baha: Jangan Mencaci Pelaku Maksiat, Bencilah Kemaksiatannya

Jadi, oleh Tuhan dijadikan barter. Tuhan itu adil. Dulu kalian menang perang Badar setelah dapat menewaskan 70 orang kafir, sekarang saya ambil 70 orang syuhada’ dari perang Uhud. Sekarang kalian bayangkan, misalkan Nabi punya pasukan 1000, jika hilang 70 maka sisa 930.

Perlu diketahui, bahwa Wali Songo juga sama. Wali Songo itu yang sering diceritakan orang hanya sisi karomah (keramat)-nya saja. Sebenarnya ada juga sisi ilmiahnya, yaitu Wali Songo tidak pernah menentang tradisi Jawa secara frontal. Jadi orang Jawa (yang belum Islam) mau melawan bagaimana? Wali Songo tidak berbuat apapun (tidak menentang dan mengusik tradisi Jawa), tapi dakwah mereka malah mengakomodir tradisi tersebut dengan menyisipkan nilai Islam di dalamnya. Sehingga akhirnya lambat laun, mayoritas masyarakat Jawa bisa menerima Islam tanpa kehilangan jati diri dan tradisinya. Ada Candi Borobudur dan Prambanan juga dibiarkan saja, tidak dihancurkan atau dibakar.

Jadi, orang yang akan memusuhi itu tidak tahu harus berbuat apa, karena Wali Songo tidak berbuat yang memicu permusuhan. Karena orang bermusuhan itu harus ada pemicunya. Otomatis orang-orangnya juga santai. Ya sudah begitu, ada sisi ilmiahnya. 

Bukan karena mentang-mentang punya tongkat, “Siapa yang berani kepadaku?” Tidak begitu. Para Wali Songo berdakwah dengan hikmah dan toleransi. 

Makanya Mbah Moen sering bercerita, bahwa Nabi Muhammad SAW disambut di Yatsrib itu ada ceritanya, Bani Najjar itu akhwal (saudara dari pihak ibu)-nya Nabi, bukan orang lain.

Allah sudah mendesain begitu, Abdul Mutthalib menikahi perempuan dari Bani Najjar, lalu punya anak bernama Abdullah. Ketika hendak wafat kangen ingin bertemu Bani Najjar.

Baca Juga:  Taubat Menghapus Dosa, Ujub Menghilangkan Amal

Tapi kalau kemudian berbicara ilmiah, maka orang akan mempertanyakan otoritasnya pakai apa. Jadi, agama itu pasti ditolong oleh mukjizat dan juga ilmu. Semua itu hanya selipan, hakikatnya hanya Allah SWT yang punya skenarionya. 

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللهَ رَمَى

Artinya: “Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar.” (QS. Al-Anfal: 17)

Tapi tetap ada ilmiahnya. Seperti Nabi, ketika beliau kontroversial kok tidak dibunuh, karena beliau cucu Abdul Muthalib (tokoh suku Quraisy), dilindungi juga oleh tokoh Abu Thalib, punya istri Khadijah (saudagar kaya yang dermawan). Jadi tidak boleh seorang Nabi berasal dari keluarga biasa, karena pasti menderita. Makanya:

مَا بَعَثَهُ اللهُ نَبِيًّا اِلاَّ فِيْ مَنَعَةٍ مِنْ قَوْمِهِ

Artinya: “Allah tidak mengutus seseorang sebagai Nabi kecuali di hadapan (pemuka) kaumnya.”

Sebab setiap Nabi pasti, artinya begini, orang tidak berani pada Nabi itu adakalanya karena mukjizat, karena hebatnya Rasulullah itu pasti, tapi juga ada unsur ilmiah, karena dari keluarga terpandang. Istri, ayah, dan paman-pamannya semuanya terpandang. Maka ketika sahabat disakiti mereka pun hijrah. Lalu bagaimana dengan Nabi sendiri?

Artinya: “Kalau dengan saya, mereka tidak berani.” Nabi memberi jawaban dengan santai. Beliau tidak berkata dibela oleh Jibril dan Mikail. Beliau mengatakan hukum sosial biasa, karena punya Abu Thalib dan Khadijah, saat mereka berdua masih hidup, atau keluarga besar, meskipun setelah mereka wafat. 

Tidak bisa dunia ini meninggalkan unsur ilmiah. Lha, sekarang orang tidak suka ilmu. Lalu akhirnya mengatakan, Nabi punya haibah karena membaca ini dan ini.

*Disadur dari pengajian KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Baca Juga
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terbaru
ADVERTISEMENT