Minggu, 12 Oktober 2025
Image Slider

Mensos Beri Santunan 17 Wali Santri Syuhada Al Khoziny

Thejatim.com – Menteri Sosial (Mensos) H Saifullah Yusuf menyerahkan santunan kepada 17 wali santri Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Santunan itu diserahkan dalam acara ‘Tahlil Akbar Syuhada Al Khoziny’ di Gedung PWNU Jatim, Sabtu, (11/10/2025).

Kegiatan tersebut digelar untuk mendoakan santri yang wafat dalam musibah runtuhnya mushala asrama putra Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, 29 September 2025 lalu.

Mensos menyerahkan bantuan sosial Rp15 juta dan sembako kepada masing-masing wali santri. Turut mendampingi penyerahan santunan Wakil Rais PWNU Jatim KH Abdul Matin Djawahir, Pengasuh Pesantren Al Khoziny KH Abdul Salam Mujib, serta Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim A Jazuli yang mewakili Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Penerima santunan adalah wali santri dari 17 korban wafat atas nama Moch Mashudulhaq, Firman Noor, Rafi Catur Okta, Afifuddin Zarkasi, A Rijalul Haq, M Azka Ibadurrohman, Daul Milal, M Reza Syfai Akbar, Moch Ali Sirojuddin, Moch Agus Ubaidillah, M Azam Habibi, Maulana Alfan Ibrahimavic, A Alby Fahri, Virgiawan Narendra S, Farhan, Wasiu Rohip, dan Arif Afandi.

Baca Juga:  DPRD Jawa Timur Dorong Pemerintah Audit Menyeluruh Kualitas Bangunan Pesantren

“Alhamdulillah, kita bisa doa bersama dalam menghadapi musibah ini. Presiden memberikan perhatian sejak awal pada musibah di Al Khoziny sampai pemulihan. Sebagai Mensos, saya mendapat perintah melakukan pendampingan keluarga untuk perlindungan, mulai santunan, jaminan sosial, pemulihan sampai pemberdayaan,” kata Mensos.

Mensos menjelaskan bahwa penyerahan santunan masih menyasar wali santri asal Surabaya. Menurutnya, nantinya juga ada penyaluran ke Madura dan Sidoarjo yang merupakan mayoritas korban, selanjutnya juga ke Jateng, Jabar, dan luar Jawa.

“Kemarin, saya sudah menjenguk Syehlendra Haical Aditya dan Syaifur Rosi Abdillah di RS Sidoarjo, yang selamat tapi kakinya harus amputasi. Sebagai santri, saya menyemangati agar sabar, ikhlas dan kuat menerima musibah, karena santri itu menerima musibah sebagai nasihat, pelajaran, yang kita bisa belajar dengan baik,” katanya.

Baca Juga:  Duka Ponpes Al Khoziny, Wali Kota Surabaya Ajak Warga Saling Menguatkan

Tegaskan Komitmen Pemerintah

Mensos menegaskan komitmen pemerintah dalam menghadapi musibah atau bencana yang terjadi. Menurutnya, pemerintah sudah mempunyai SOP dalam beberapa tahapan menghadapi musibah atau bencana.

Pertama, masa evakuasi untuk menyelamatkan yang bisa terselamatkan. Biasanya, evakuasi itu pelaksanaannya oleh kader terlatih dalam evakuasi dan biasanya sudah bersertifikasi, yakni Basarnas, BNPB, TNI/Polri. “Ini masih kritis, penuh perhitungan,” katanya.

Kedua, masa kedaruratan, karena yang menjadi tanggung jawab bukan hanya mereka yang wafat, tapi siapa yang terdampak. Sebab itu membutuhkan kolaborasi dalam logistik dan akomodasi, baik dari tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan bisa lintas wilayah.

Ketiga, masa rekonstruksi dan rehabilitasi yang merupakan tahapan pemulihan. “Pemulihan ini bisa di bidang infrastruktur, nantinya PWNU Jatim bisa bekerja sama dengan Pemprov atau Dinas PU untuk melakukan audit pesantren guna memastikan kelayakan bangunan,” katanya.

Baca Juga:  Banser Dikerahkan Siang Malam Bantu Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny

Pendampingan Psikososial

Selain memberikan santunan, Kementerian Sosial juga melakukan pemberdayaan dan pendampingan psikososial kepada keluarga korban. Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan bantuan permodalan usaha maupun pelatihan keterampilan sesuai potensi masing-masing keluarga.

Untuk memastikan ketepatan dukungan, Kemensos telah melakukan asesmen kepada setiap keluarga korban guna mengetahui kebutuhan mereka secara spesifik. “Misalnya, ada yang ingin buka warung atau toko. Nanti kita assesment dulu, kita latih dan kita berikan modal usaha,” kata Gus Ipul.

Untuk korban yang mengalami disabilitas, Kemensos bekerja sama dengan Komisi Nasional Disabilitas memberikan pendampingan dan bantuan alat bantu sesuai kebutuhan, seperti kaki atau tangan palsu, kursi roda, dan tongkat.

“Tapi yang penting adalah setelah itu, bagaimana bisa membuat santri-santri kita semangat kembali. Ini bukan akhir dari segalanya, tapi awal yang harus kita rancang lebih baik untuk membuat mereka bisa juga meraih prestasi,” katanya.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Populer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terbaru
ADVERTISEMENT