Saya punya santri ya karena sabar, karena dia mBulet juga. Santri juga menerima kamu karena sabar, sebab Kiai juga sama mBuletnya. Karena memang sudah zaman akhir.
Bagimanapun juga, karena sabar, agama ini menjadi jalan. Maka sabda Nabi SAW:
ولن تعطوا عطاء خيرًا وأوسع من الصبر
Artinya: Kamu tidak akan dikasih rezeki Allah, yang lebih baik dan luas dari kesabaran.
Jadi, agama ini jalan setelah Kiai-kiai sabar dengan umat. Wali Songo itu berkah dari kesabaran, padahal umatnya itu bermacam-macam sifatnya.
Sekarang itu banyak orang yang tidak sabar. Alasannya karena nahi munkar. Nahi munkar dan sabar itu sesuatu yang luar biasa. Ada orang yang suka mabuk dan lainnya. Tapi para Kiai tetap sabar.
Dulu Mbah Chudlori Magelang menjadi keramat, karena sabar menghadapi tetangganya yang bejat. Dulu Mbah Karim Lirboyo juga begitu (sabar). Ulama-ulama Jombang menjadi keramat, karena sabar menghadapi umatnya yang preman.
Asal nama Jombang: Sing ijo ijo, sing abang abang. (Yang hijau ya hijau, yang merah ya merah).
Tapi sekarang langka Kiai yang sabar. Buktinya itu khilafah. Repot! Katanya, khilafah itu untuk ketertiban. Ya tidak ada agama begitu.
Dulu itu dilatih untuk sabar, tapi sekarang sudah tidak ada orang yang sabar, karena sukanya komentar. yang kelihatannya sabar secara intelektual, tapi tidak sabar secara pembicaraannya.
Misalnya kamu membela Islam moderat, dan mengomentari Islam yang ekstrem. Islam yang garis keras kamu komentari dengan islam moderat.
Gayanya sabar dan tertawa-tawa, ternyata pembicaraannya jelek. Dan ingin membuat pernyataan, itu namanya bukan sabar tapi melawan. Sabar itu pokoknya dibiarkan, seperti tidak ada apa-apa, karena sama-sama makhluk. **
*Disadur dari pengajian KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.