TheJatim.com Proyek pembangunan terowongan jalan kaki atau Tunnel dari Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ) menuju Kebun Binatang Surabaya (KBS) tuai kritik pedas. Kritik dari Badan Legislatif atau DPRD yang merasa kecolongan, ulah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Imam Syafi’i, anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya menilai proyek senilai Rp32 Miliar tersebut telah terealisasi dengan upaya lobi-lobi. Sebab, pihaknya sudah mengkonfirmasi di Komisi C Bidang Pembangunan, telah mencoret anggaran tersebut.
“Saya terus terang, merasa kecolongan. Coba tahu begitu (telah dicoret). Ya saya pasti menolak kalau untuk membangun tunnel itu,” kata Imam kepada The Jatim, Rabu (17/7/2024).
Mantan jurnalis kawakan ini menegaskan akan menolak tambahan anggaran untuk proyek terowongan tersebut karena dianggap tidak prioritas. Bahkan, ia meminta Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, Ikhsan pada rapat Badan Anggaran (Banggar) untuk proyek strategis lainnya akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
“Saya minta kalau nanti ada tambahan anggaran untuk tunnel itu. Saya akan menolak itu, karena kami kecolongan. Terus terang, urgensinya tidak terlalu penting,” tegas Politisi Partai Nasdem ini.
Imam yang pernah menjadi aktivis PMII ini menilai, proyek Tunnel itu mengakibatkan banyak mudharat saat pembangunan ini. Selain mengakibatkan kemacetan di pintu masuk Kota Pahlawan, sempat menjebol pipa saluran milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hingga air meluber ke Jl Wonokromo.
Dengan demikian, ia menyebut proyek Tunnel TIJ-KBS tak memiliki urgensi yang tinggi. Terutama jika alasan Pemkot Surabaya menyatakan kebutuhan akan pembangunan underpass untuk mengurangi kemacetan di sekitar Wonokromo.
“Kami mempertanyakan kepentingan di balik proyek terowongan ini, kalau dihitung, lebih dianggap untuk menguntungkan KBS. Maka tidak perlu ada jalan kaki untuk terowongan itu,” tandasnya.