Jakarta, Thejatim.com-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan nilai penyaluran fintech lending pada Maret 2023 mencapai Rp19,73 triliun.
Data yang diambil adalah dari bulan Maret 2023, yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penyaluran pinjaman pada bulan tersebut mencapai Rp19,73 triliun, meningkat sebesar 8,28% dibanding bulan sebelumnya.
Meski begitu, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terdapat penurunan sebesar 14,47%. Penyaluran tersebut diberikan kepada 14,34 juta penerima pinjaman, turun 7,09% secara bulanan. Mayoritas peminjam berasal dari wilayah Jawa, setara 78,59% dari total peminjam nasional.
Angka penyaluran pinjaman online pada bulan Lebaran Idul Fitri itu naik 8,28% dibanding bulan sebelumnya yang sebesar Rp18,22 triliun.
Meski mengalami peningkatan, penyaluran pinjaman online pada Maret 2023 turun 14,47% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pinjaman online pada Maret 2023 disalurkan kepada 14,34 juta penerima pinjaman, yang turun 7,09% secara bulanan. Mayoritas peminjam, yakni sebanyak 11,27 juta orang berasal dari wilayah Jawa, setara 78,59% dari total peminjam nasional.
Sektor produktif mendapatkan porsi 39,97% dari pinjaman online yang disalurkan, dengan sektor perdagangan besar dan eceran memperoleh pinjaman sebesar Rp2,64 triliun.
Pinjaman ke sektor pertanian, perhutanan, dan perikanan mencapai Rp268,85 miliar, sedangkan pinjaman ke industri pengolahan sebesar Rp70,13 miliar.
Pinjaman ke sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum mencapai Rp780,67 miliar. Jumlah rekening pemberi pinjaman mencapai 10,84 juta akun, dengan total dana yang disalurkan mencapai Rp19,96 triliun.
Kerja sama penyaluran oleh pemberi pinjaman institusi (super lender) pada Maret 2023 disumbang oleh 1.057 lembaga jasa keuangan konvensional senilai Rp4,87 triliun.
Data menunjukkan penyaluran pinjaman online di Indonesia cenderung fluktuatif dalam setahun terakhir.
Penyaluran pinjaman online tertinggi tercatat pada Maret 2022 yang sebesar Rp23,07 triliun, sedangkan terendah pada April 2022 sebesar Rp17,91 triliun.
Pertumbuhan penyaluran pinjaman online pada April 2022 turun 22,4% dibanding bulan sebelumnya. Pada Mei 2022, penyaluran pinjaman online kembali naik 4,0% menjadi Rp18,62 triliun. kemudian bulan Juni 2022 mencatatkan kenaikan penyaluran pinjaman online sebesar 11,0% menjadi Rp20,67 triliun.
Namun, pada bulan Juli 2022, penyaluran pinjaman online turun 8,1% menjadi Rp18,99 triliun. Pada bulan Agustus 2022, terjadi kenaikan tipis sebesar 1,2% menjadi Rp19,21 triliun. sedangkan pada September 2022, penyaluran pinjaman online naik 1,5% menjadi Rp19,49 triliun.
Pada Oktober 2022, terjadi penurunan sebesar 4,0% menjadi Rp18,72 triliun. Bulan November 2022 menunjukkan penurunan dalam penyaluran fintech lending sebesar 4,0% menjadi Rp18,72 triliun.
Namun, penyaluran pada bulan Desember 2022 meningkat 3,0% menjadi Rp19,52 triliun. Pada bulan Januari 2023, penyaluran fintech lending mengalami penurunan sebesar 4,0% menjadi Rp18,73 triliun.
Meski begitu, pada bulan Februari 2023 penyaluran fintech lending mengalami penurunan yang lebih kecil, yaitu 2,7% menjadi Rp18,22 triliun. Namun, pada bulan Maret 2023, penyaluran fintech lending naik kembali sebesar 8,3% menjadi Rp19,73 triliun.
Secara umum, data menunjukkan fluktuasi yang signifikan dalam penyaluran fintech lending selama enam bulan terakhir, dengan penurunan tertinggi pada bulan April 2022 dan peningkatan tertinggi pada Maret 2022.
Meskipun terdapat penurunan dalam penyaluran fintech lending secara year-on-year, namun naik secara month-on-month pada bulan Lebaran Idul Fitri pada Maret 2023.
Terlihat juga bahwa sektor perdagangan besar dan eceran menjadi yang paling banyak meminjam dari fintech lending pada Maret 2023, dengan nilai sebesar Rp2,64 triliun.
Meskipun demikian, sektor produktif secara keseluruhan menerima 39,97% dari total pinjaman, menunjukkan bahwa fintech lending memberikan dampak yang signifikan pada sektor ekonomi Indonesia.
Oleh : MF