TheJatim. Surabaya – Konsolidasi dan pendidikan politik terus dilakukan DPC Partai Gerindra Kota Surabaya. Dihari terakhir, Minggu ini, 14 November 2021, giliran mengundang para pengurus PAC dan Ranting di 9 Kecamatan se-Dapil II dan IV Surabaya.
Dalam paparannya, Sekretaris DPC Gerindra Surabaya, AH Thony, mengajak para kader untuk meningkatkan perannya di lingkungan masing-masing.
“Identifikasi masalah di masyarakat, kalau tidak bisa membantu, minimal kita mengatensi dengan kunjungan dan support,” ungkapnya, Minggu (14/11/2021)
Ia menegaskan, dalam melakukan hal-hal kebaikan perlu di pupuk, karena kesuksesan berawal dengan kebaikan.
“Ingat, dalam melayani masyarakat, jangan sampai kita menipu. Kalau berhasil katakan berhasil, kalau gagal ya katakan gagal,” tegas Wakil Ketua DPRD Surabaya ini.
Thony menjelaskan, beberapa program besar-besaran Pemkot Surabaya adalah pemikiran dari Fraksi Gerindra, seperti pavingisasi jalan kampung di tahun 2021.
“Pavingisasi yang kita pelajari dari kawasan kali code Yogja, pernah ditolak bu Risma. Tapi setelah berhasil kita uji coba di kampung Banyuurip, semua partai berbondong-bondong mengajukan untuk meraih simpati,” terangnya.
Termasuk juga program pengurukan makam. Pertama kali memakai dana APBD, dilakukan pengurukan di makam panjang jiwo.
“Dalam politik, Ketika orang baik diam, maka orang yang tidak baik akan mendapat simpati,” katanya.
Thony kembali menjelaskan, saat ini partai Gerindra juga menginisiasi Perda inisiatif tentang kajian dan pengembangan kebudayaan,
Hal ini diinisiasi karena melihat marwah kota Surabaya sebagai kota Pahlawan serta kecintaan terhadap budaya dan produk nasional sudah mulai pudar.
Ia mencontohkan, dengan bangganya pemkot Surabaya mempertontonkan indahnya warna warni Bunga tabebuya, padahal jelas ini bunga dari negara Jepang.
Sementara kita lihat di jalan cempaka tidak ada bunga cempaka, juga dijalan-jalan legendaris yang lain.
Selain simbol-simbol kepahlawanan yang dirasa sangat kurang, peradaban budaya di kota Surabaya juga banyak yang dihilangkan.
Diakhir paparannya, saat ini AH Thony juga menginisiasi Terkait pengadaan Balai warga di setiap RW.
“Hal ini sangat penting ketika kita melihat semua hal sudah dikuasai oleh aplikasi,” tuturnya.
Dalam pandangan visioner partai Gerindra, nantinya keberadaan balai RW sangat strategis yakni sebagai pusat kegiatan masyarakat.
Balai RW, menjadi tempat pelayanan kesehatan. Disitu ada Posyandu, vaksinasi, pemeriksaan kesehatan, dll.
Selain untuk agenda koordinasi warga, balai RW juga bisa dibuat sebagai tempat pendidikan anak usia dini, dan peningkatan ekonomi warga.
“Mengingat perannya, Balai RW merupakan tempat strategis komunikasi warga, apabila nantinya ada perang IT dan semua aplikasi dimatikan,” paparnya.
Maka itu, gigih Dia mengusulkan setiap kampung atau RW wajib memiliki Balai Warga. Luasannya antara 100 – 200 meter persegi, yang kira-kira dapat menampung 70 – 100 warga.
Nah, bagi yang tidak punya lahan bagaimana? Menurut Thony, masyarakat dapat mengajukan ke pemerintah kota, supaya dimasukkan dalam dana APBD.
“Nantinya, balai RW menjadi aset Pemerintah Kota. Dulu, setiap kampung punya TKD tapi banyak yang ditukar gulingkan, nah, saat ini warga membutuhkan, ya Pemkot wajib mencarikan solusinya,” tegasnya.
Terakhir, Thony berpesan agar seluruh kader bisa menjadi agen-agen perubahan.
“Tapi sebelum merubah orang lain, rubahlah diri anda lebih dulu,” pesannya.
Lebih lanjut, Thony juga berpesan, dalam situasi apapun, kader Gerinda wajib menjalankan paradigma “Rebut, Laksanakan dan Pertahankan”.
“Mari kita saling menopang, Rebut, Laksanakan, Pertahankan. Salam Indonesia Raya, Gerindra!” pekiknya.