Selasa, 3 Desember 2024
Image Slider

Wali Kota Surabaya Resmi Ubah Nama SDN Alun-alun Contong jadi SDN Sulung, ada apa?

Surabaya – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Alun-alun Contong I/87 resmi dikembalikan namanya menjadi SDN Sulung Surabaya. Pengembalian nama sekolah yang terletak di Jalan Sulung Sekolahan No 1/87, Kecamatan Bubutan Surabaya tersebut, tidak lepas dari peristiwa sejarah di belakangnya.

Acara peresmian nama SDN Sulung ini berlangsung pada Sabtu (17/6/2023). Kegiatan ini dihadiri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama sejumlah Wakil Ketua dan Anggota DPRD Surabaya. Sejumlah tokoh pemerhati sejarah, akademisi hingga komunitas Begandring Soerabaia juga tak luput hadir dalam acara peresmian tersebut.

Eri mengatakan, latar belakang pengembalian nama SDN Sulung tersebut, sebagai upaya untuk mengingat kembali sejarah bangsa. Hal tersebut berdasarkan dari data penelusuran sejarah komunitas Begandring Soerabaia. Dimana ayah Presiden Soekarno (Bung Karno), dahulu pernah mengajar di SD tersebut.

“Ayah dari Presiden Soekarno itu mengajar di SD Sulung, sehingga menjadi garis lurus antara Peneleh (rumah lahir Soekarno) sampai SD Sulung ini. Namun tiba-tiba (diubah) menjadi SDN Alun-alun Contong, sejarahnya hilang. Ini yang akhirnya harus kita kembalikan lagi namanya,” kata Eri dalam sambutannya.

Baca Juga:  Muscab PPP Lamongan: Pileg 2024, Bupati Gaungkan Kursi Legislatif Harus Bertambah

Eri menyampaikan, bahwa sebuah bangsa atau kota ini tidak akan bisa menjadi besar kalau tidak mengingat sejarah. Terlebih, Kota Surabaya telah melahirkan banyak tokoh-tokoh pejuang dan pahlawan yang membela bangsa.

“Di Kota Surabaya ini lahir Bung Karno. Ayahnya bagaimana berjuang untuk pendidikan mengajar di SD Sulung. Guru politiknya (Bung Karno) yang luar biasa menjadi tokoh nasional, HOS Tjokroaminoto juga di Surabaya,” katanya.

Untuk itu, Eri mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para pelajar Surabaya agar dapat meneruskan api perjuangan para Pahlawan. Sebagai Kota Pahlawan, maka sudah seharusnya warga Surabaya juga memiliki jiwa-jiwa kepahlawanan. “Karena itulah sejak dini, saya meminta kepada Dinas Pendidikan, baik PAUD, SD-SMP, bahkan nanti SMA kita minta izin, untuk memberikan pelajaran terkait sejarah kebangsaan,” ungkapnya.

Baca Juga:  Jangan Lewatkan! Festival Musik Surabaya Hebat, Ada 'Ndarboy Genk' yang Siap Bikin Ambyar

Karena menurutnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa dengan sejarahnya. Maka dari itu, melalui Sekolah Kebangsaan tersebut, Eri berharap para pelajar Surabaya tidak melupakan sejarah perjuangan para Pahlawan.

“Bagaimana perjuangan Soekarno itu bisa merebut kemerdekaan. Dan salah satu perjuangan itu dimulai ketika Soekarno lahir. Ayahandanya itu adalah guru di SD Sulung, sehingga di sinilah dimulai api perjuangan Bung Karno,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Eri juga sempat mengajar Sekolah Kebangsaan di SDN Sulung. Peserta sekolah kebangsaan ini diikuti pelajar dari jenjang SD hingga SMP di Kota Surabaya. Dalam momen itu, ia mengajak anak-anak untuk dapat meneladani jiwa-jiwa kepahlawanan Bung Karno.

Baca Juga:  Wali Kota Surabaya terjunkan Satgas Jaga Kebersihan Pedestrian dan Saluran Air di ratusan titik

“Tadi saya juga sampaikan ke anak-anak bahwa tidak pernah Soekarno bertempur melawan orang-orang pribumi, orang Indonesia. Tidak ada dulu pejuang berantem dengan warganya, yang ada adalah bertempur melawan Belanda. Lha kok sekarang kita ini ada tawuran antar warga, tawuran antar sekolah,” ujarnya.

Ia menyebut, terjadinya tawuran antar pelajar ini disebabkan karena nilai-nilai kebangsaan tidak masuk ke dalam jiwa arek-arek Suroboyo. Tentunya, hal ini menjadi tanggung jawab bersama, baik itu orang tua, guru, wali kota maupun DPRD Surabaya. Makanya, sejak dini anak-anak tersebut harus dimasukkan nilai-nilai kepahlawanan dan agama melalui Sekolah Kebangsaan.

“Sehingga nanti kita akan turun (mengajar) ke sekolah, kita juga berbagi dengan DPRD siapa yang mengajar. Maka semangat Pahlawan ini dimasukkan, ditambahkan semangat agama, akhlakul karimah, insyaallah kita bisa menghilangkan kegiatan-kegiatan negatif di Kota Surabaya,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Populer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terkait
ADVERTISEMENT