Minggu, 10 November 2024
Image Slider

Unair Libatkan Stakeholder, Dalam Pemetaan Urban Heritage Tourism di Surabaya

Surabaya – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, menggelar Srawung Budaya dengan konsep Focus Group Discussion (FGD), bertema ‘Pemetaan Urban Heritage Tourism Jawa Timur sebagai Strategi Revitalisasi Budaya Berbasis Industri Kreatif’.

Dalam FGD yang digelar di Hotel Majapahit, Jl. Tunjungan, turut mengundang pentahelix atau multipihak, diantaranya unsur akademisi, pemerintah, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media.

Wakil Dekan FIB, Listiyono Santoso mengatakan, bahwa pengembangan urban heritage atau warisan perkotaan, harus berkolaborasi antar semua pihak. “Nah, kalau kompak bisa bersatu, maka insyaallah, pengembangan urban heritage akan berkolaborasi satu sama lain,” ujarnya, usai FGD, Rabu (15/12/2021).

Menurutnya, pelestarian warisan perkotaan juga berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan. Jika unsur pentahelix bisa memanfaatkan warisan perkotaan, secara tidak langsung pelestarian dan pengembangan dari wisata warisan perkotaan bisa dijamin.

Lanjutnya, ia mencontohkan daerah yang memiliki warisan perkotaan. Akan tetapi tidak bisa dikembangkan dan dimanfaatkan, akhirnya warisan perkotaan itu semakin lama semakin tergerus oleh masyarakat. “Karena tidak ada yang merawat, bahkan masyarakat yang mengapresiasi pun tidak ada sama sekali,” ujarnya.

Baca Juga:  Temukan Struktur Candi, DPRD Dorong Pemkot Surabaya Mengamankan

Listiyono juga menegaskan, dengan upaya Srawung Budaya ini, supaya unsur pentahelix akan mencoba konsep yang akademis. Terkait dengan pemetaan wisata warisan perkotaan di Kota Surabaya dan beberapa kota yang lainnya.

“Tidak hanya kepentingan pelestarian, tapi juga pengembangan sosial ekonomi bagi masyarakat. Sehingga masyarakat juga mendapatkan manfaat dari kegiatan itu, itu yang kita lakukan,” tegasnya.

Ditempat yang sama, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, AH. Thony mengatakan, bahwa dalam kegiatan ini, akademisi Unair ingin mengidentifikasi lebih dalam tentang potensi pariwisata berbasis pada cagar budaya di Jawa Timur.

Ia menyampaikan beberapa tempat untuk menjadi pertimbangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk ikut mengembangkan kawasan wisata warisan perkotaan, seperti Jembatan Merah, Masjid Sunan Ampel, Hotel Majapahit dan beberapa tempat lainnya.

“Seperti ini, Hotel Majapahit, memang ini bangunan cagar budaya skala kota, tapi kaitan sejarahnya, bahwa bangunan ini layak berskala provinsi, bahkan nasional,” jelasnya.

Ia berharap pada civitas akademika, perguruan tinggi di Surabaya, bisa melakukan hal yang sama dilakukan oleh FIB Unair. Supaya, konsep yang bangun oleh Pemerintah Kota Surabaya bisa lebih terarah.

Baca Juga:  Cak Ji Pastikan MBR Terima Seragam di Desember ini

Menurutnya, pandangan birokrasi dalam melakukan konsep kebijakan kurang detail dan tidak disadari pada sebuah referensi. “Disitulah, partisipasi dari perguruan tinggi sangat diharapkan, hadir di kegiatan ini menjawab terhadap kebutuhan itu,” tuturnya.

Disisi lain, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi mengatakan, bahwa ketika Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan sektor pariwisata. Pada kawasan itu di develop dan direvitalisasi, ini kalau kita tidak mempertimbangkan kajian-kajian awal.

“Itu kadang bisa menghilangkan ‘heritage’ nya sendiri. Kalau hanya mengejar dampak ekonominya saja, itu bisa-bisa ‘heritage’ nya hilang,” jelasnya.

Menurut Musdiq, dengan adanya pertemuan Srawung Budaya ini, pihaknya bisa mengarahkan, agar revitalisasi kawasan-kawasan yang heritage itu betul-betul masih berbasis pada heritage aslinya.

Lanjutnya, ia menyimpulkan, bahwa jika mengembangkan kawasan heritage, pelaku-pelaku seninya, harus disentuh juga. “Jadi bukan hanya bangunannya, pelaku seni dan budayawannya juga harus disentuh,” cetusnya.

Musdiq mengaku, kolaborasi dalam FGD tersebut cukup produktif, dan Pemerintah Kota Surabaya mengapresiasi Srawung Budaya yang diinisiasi dari Unair.

Baca Juga:  Tunjungan Romansa, Roode Brug Soerabaia : Ndak Jelas

“Atas kolaborasi ini, kita berharap tidak hanya di inisiasi oleh pemerintah tapi juga di inisiasi oleh forum lintas sejarah, lembaga pendidikan dan sebagainya,” pungkasnya.

Sementara itu, Ady Setyawan Ketua Roode Brug Soerabaia mengharapan dari hasil FGD Srawung Budaya tersebut bisa serius dijalankan. Menurutnya, kalau berbicara tentang heritage, atau sejarah budaya kota, ini hanya bicara untuk melayani orang-orang asing atau wisatawan. “Tetapi yang tidak kalah penting, untuk generasi muda kita sendiri,” jelasnya.

Ia mengatakan merasa miris dengan generasi muda saat ini, yang tidak tahu akan sejarah yang ada di Surabaya. “Tapi kalau mereka dikei gambare (dikasih gambarnya, red) BTS, ngerti kabeh (semua, red), krisis banget ini,” ujarnya.

Sehingga, Ady mengungkapkan, dalam membangun Surabaya tidak cuma membangun infrastruktur saja, tetapi juga membangun karakter.

Ia juga menyayangkan, sikap Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata yang keluar, saat FGD belum usai. Padahal, menurutnya kegiatan FGD sangat penting untuk dijadikan masukan.

“Kan tadi, catatan dari orang-orang berkompeten, terlibat langsung dalam diskusi, bukan hanya sekedar terima notulen, oh yowes,” katanya.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Populer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terkait
ADVERTISEMENT